Rabu, 14 November 2012

Dreams Comes True - (Jakarta-Surabaya-Medan-Banda Aceh-Medan-Surabaya-Solo-Jakarta)


Sewaktu masih duduk di sekolah dasar dulu, saya teringat bahwa guru saya pernah menerangkan kepada kami sejumlah budaya dan wisata yang ada di Negara Indonesia ini. Kami semua hanya bisa diam dan mendengarkan tanpa pernah membayangkan bahwa kami akan bisa sampai di kota-kota tersebut. Salah satu nya kota yang di terangkan guru kami dulu adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, provinsi yang terletak di paling utara pulau Sumatera ini memiliki beragam budaya dan cerita nya tersendiri yang menarik untuk diketahui.

Berangkatlah kami 6 sekawan yang akan menjelajahi kota Banda Aceh ini, mereka diantaranya adalah saya, Rio, Hendra, Arif, Mas Aziz, dan Mas Aris. Kami semua mendapatkan tiket promo dari Air Asia untuk rute penerbangan Surabaya-Medan pp dengan harga Rp.230.000 yang sebelumnya diberitahu oleh master tiket pesawat promoan yaitu Rio. Rio sendiri adalah teman saya dari komunitas BMC Jogja yang juga menggemari pesawat dan kereta promoan. Hendra teman saya dari BMC Sumatra yang punya hubungan LDR dengan pacarnya di Banda Aceh, makanya saya ajak untuk melepas dahaga nya sesaat. Arif teman saya dari BMC Bandung, dia bolang paling ternama di seantero kota Bandung. Mas aziz teman kami dari BMC Jogja yang juga bekerja di Bus pariwisata Gege Trans di Jogja. Dan Mas Aris teman Rio dari Petugas KA di stasiun Lempuyangan Jogja. Mohon maaf kalau ada salah penulisan nama dan asal

Rabu, 8 November 2012, saya dan hendra janjian untuk bertemu di stasiun Senen, Jakarta Pusat. Kami berdua akan berangkat menuju Surabaya dengan kereta Gaya Baru Malam Selatan dengan alasan financial. Dengan harga tiket kereta sebesar Rp. 33.500 yang kami beli di Alfamart beberapa waktu lalu, berangkatlah kami menuju Surabaya. Ngegembel dulu baru berkelas kemudian, “Backpacker dahulu ala koper kemudian”, begitu teman saya Devi menyebutnya. Tepat pukul 12.30 wib, kereta  berangkat menuju Surabaya.

Ini kedua kalinya saya naik kereta ekonomi, sebelumnya saya kapok naik kereta ekonomi Progo dari Jogja menuju Jakarta karena kondisinya yang benar” menyengsarakan waktu itu. Namun perbaikan pelayanan terus dibenahi PT KAI dalam melayani pengguna kereta api sehingga kereta ekonomi saat ini sudah jauh lebih nyaman dibanding pengalaman saya sebelumnya. Sudah tidak ada lagi penumpang yang berdiri dan tiduran di lantai, toilet semakin bersih dan full air, pedagang sudah tidak banyak, dan pemeriksaan penumpang dan pedagang liar semakin ketat. Salut untuk perbaikan kualitas pelayanan PT, KAI .

Saya dan hendra duduk di gerbong 3, bersama 104 penumpang lainnya yang menuju tujuannya masing”. Satu gerbong kereta ini berisi 106 penumpang kalau saya tidak salah lihat waktu itu. Kereta melesat cepat melewati beberapa stasiun dan kota-kota di selatan pulau jawa ini. Duduk dalam kereta dengan waktu tempuh 15 jam membuat saya jenuh. Saya beranjak dari kursi dan nongkrong di sambungan gerbong bareng hendra untuk nyari angin. Ada kejadian memalukan yang sempat membuat kami tertawa saat kereta akan memasuki stasiun Klaten, saya sempat terjatuh dari kereta karena pegangan saya pada pintu terlepas dan membuat lutut saya terluka cukup santai. Untung keretanya udah mulai pelan ckckck…

Kami turun di stasiun Wonokromo, Jatim pukul 3 pagi. Kata teman saya Praba dari stasiun wonokromo ke terminal Bungurasih lebih dekat daripada turun di stasiun terakhir di Gubeng. Turun dari kereta kami bingung mau naik apa ke Bungur, soalnya kami berdua belum pernah berwisata di kota Surabaya. Jam terbang kami lebih banyak menjelajah di pulau Sumatra dibanding di pulau jawa. Di luar terminal ada angkot sejenis Elf yang menuju bungur, cus kita naik .. 

Saat akan turun di terminal Bungurasih, sang kernet menagih ongkos yang sama sekali tidak masuk akal. Dengan waktu tempuh tak lebih dari 15 menit kami diminta bayaran Rp. 20.000 per orang. Gila kan !! memang sudah Indonesiawi kalo ada orang asing masuk kota mereka dikenakan tarif seenak udel nya dewe. Dengan alasan angkot tsb mengantri sejak jam 10 malam mereka meminta tarif dengan harga mahal. Entah berapa tariff yang dikenakan ke penumpang lainnya di belakang kami karena kami sama sekali gak ngerti bahasa jawa. Namun sekilas terdengar ada ibu” nego dengan harga limolas, begitu yg kami dengar. Akhirnya setelah nego panjang Karena kami juga gak mau dibohongi kami terpaksa bayar Rp. 15.000 per orang. Yowes, anggep saja skalian amal…

Sampai di bungur, kami bersih” badan sambil nunggu rio dan mas Aziz. Kami memang janjian di dekat Bus Damri yang akan membawa kami ke bandara Juanda. Sebelum ke bandara kami membungkus pecel untuk sarapan di bandara nanti. Jam 05.30 kami berangkat menuju bandara Juanda dengan bis Damri dengan harga Rp.15.000 per orang. Setengah jam kemudian kami tiba di bandara dan berkumpul dengan mas Aris. Masih ada waktu 2 jam sebelum take off, kami sarapan pecel yang kami bungkus tadi dan saling berkenalan satu sama lain.. dapet temen baru niihh hhe 


Jam 7 kami siap berangkat. Setelah melewati proses yang rumit sebelum naik pesawat, kami duduk sesuai nomor kursi masing”. Cukup penuh penumpang waktu itu, jadi saya tidak bisa pindah kursi yang pengen banget deket jendela. Oh iya, ini pengalaman saya dan hendra yang pertama kali naik pesawat. Maklum saja soalnya kami lebih interest kalo turing naik Bis. Kami sempat khawatir soalnya kami beli tiket 40 hari menjelang keberangkatan, tau sendiri kan dengan angka 40 hari? Pengalaman pertama lagi.. hiiiiiii

Jam 8 pesawat Air Asia dengan kode penerbangan QZ 7610 lepas landas dengan mulus menuju awan yang tak pernah saya lihat dari dekat. Norak kan ? ckck 

Perjalanan mengudara kami sekitar 3 jam sampai ke bandara Polonia, Medan. Kondisi saya yang cukup lelah akibat 15 jam naik kereta ekonomi membuat saya tertidur cukup pules. Skip aja ya, ga ada yang menarik selama naik pesawat selain gumpalan awan dan melihat barisan kapal tangker di samudera lepas dari atas pesawat. Kami tiba di bandara polonia jam 11, dan teman kami Arif sudah menunggu sejak pagi di Polonia soalnya arip naik pesawat dari bandung menuju medan jam 6 pagi. Melihat macet nya kota medan siang itu membuat kami berpikir lagi untuk ke Brastagi. Gak mungkin terkejar soalnya malam nanti jam 9 kami harus berangkat ke Banda Aceh. Yowes, fix batal ke brastagi dan akhirnya kami mikir mau kemana sambil makan nasi padang. Gak jauh lah ya dimanapun kami berada disitu nasi padang tersedia. 

Di medan ini kami ditemani sepupu Hendra, namanya Hengky. Jadi gak nyasar deh hhe. Setelah makan siang, kami istirahat di kostan Hengky. Cukuplah untuk istirahat 3 orang di kasur dan 3 orang di lantai. Disini kami lomba nyari colokan buat nyarger BB yang udah pada lowbat. Kami tertidur pulas, jam 4 sore kami bangun dan cari makan. Kami mencoba untuk mencari makanan khas kota medan sampai jauh” naik angkot ke USU, trus ujung”nya kami makan nasi padang juga deket mesjid raya Medan. Abis makan, kami sholat isya di masjid raya medan, skalian foto-foto sebentar. Abis itu naik betor (becak motor) untuk kembali ke kostan hengky untuk ambil tas. Naik betor dari masjid raya medan sampai ke agen bus CV Pelangi dikenakan tariff Rp.35.000 per betor. Satu betor cukup untuk 3 orang. 

Jam 21.30, kami naik bus CV Pelangi kelas Patas menuju Banda Aceh. Bus-bus medan-aceh ada 4 kelas, ada kelas biasa dengan tariff 120rb sudah pake AC tapi agak sempit dan sering masuk terminal untuk nyari penumpang. Ada kelas patas dengan harga 140rb sudah AC, seat lumayan lapang dan dan tidak masuk terminal” kecil. Lalu ada kelas executive seat 2-2 sangat lapang seharga 170-180rb, dan kelas Non Stop seat 2-1 dengan tariff 200rb. Silahkan anda pilih sesuai kebutuhan. Untuk rekomendasi, kelas patas sudah cukup nyaman selama di jalan dan cukup tepat waktu sampai tujuan. Jalan menuju Banda Aceh sangat lebar dan mulus, tak jarang bus kami berjalan cukup kencang melibas setiap tikungan. Begitupun dengan bus tujuan aceh lainnya yang berjalan saling kejar-kejaran saling melewati satu sama lain. Kami sudah cukup lelah untuk begadang nonton bus “blong-blongan”. Kami memilih untuk tidur mengisi tenaga untuk city tour Banda Aceh besok. 12 jam kemudia kami tiba di terminal batoh, Banda Aceh.  

Jam 9 pagi kami tiba di terminal, kami langsung mencari tiket bus untuk kembali ke medan malam nanti. Niat kami untuk mencoba bus PMTOH “Masterpiece” gagal ketika saat kami tanyakan ke loket ternyata bus nya sudah penuh terisi. Padahal harga tiketnya paling mahal lho Rp.200.000 dibanding kelas lainnya yang seharga Rp. 140.000-180.000. memang, untuk rute Medan-Banda Aceh atau sebaliknya penumpang lebih senang kelas yang Non Stop karena bus nya bagus-bagus dan sangat lapang. Bus yang masih memiliki bangku kosong tinggal Sempati Star seharga Rp.140.000 dengan mesin Mercedez Bnez OH 1626 kelas patas executive dan sudah dilengkapi wifi. Saya, rio, mas aziz, dan mas aris memilih untuk naik bus ini, sedangkan Arif mencoba bus lainnya yaitu Kurnia V-engine Mercedez Benz OH 1634. 

Setelah beli tiket, kami mandi kemudian sarapan di terminal Batoh. Kami memesan teh tarik yang cukup khas disini sambil melahap beberapa gorengan. Mas aziz dan mas aris makan soto ayam. Harga nya cukup lumayan untuk teh tarik segelasnya 4rb dan untuk soto ayamnya 15rb. Setelah selesai sarapan, kami foto-foto di depan terminal sambil menunggu kakak nya Hendra untuk menjemput kami di terminal. Tak lama menunggu, kakak nya hendra datang bersama pacarnya dengan menggunakan mobil Escudo. Beruntung kami mengajak hendra karena banyak sanak saudaranya yang tinggal di medan dan Aceh. Sempat kami bertanya kepada becak motor untuk keliling wisata di Banda aceh dari pagi jam 10 sampai maghrib dikenakan tarif Rp.200.000 per becak. Ogah !! 


Kami diajak mengunjungi makam Syiah Kuala. Tidak lama kami disini karena cukup membuat bulu kuduk kami merinding. Next kami mengunjungi kapal yang terdampar diatas rumah Lampulo. Musibah Tsunami beberapa tahun lalu menyisakan berbagai keajaiban yang membuat banyak orang takjub atas kebesaran Allah SWT.  
Selanjutnya kami melihat kuburan masal korban tsunami di jalan pocut baren. 

Teruuus berjalan mengelilingi kota Banda aceh kemudian kami berhenti sejenak di pantai Lokhnga. Kami beristirahat sambil foto-foto di pantai. Next kami sholat dzuhur di masjid Rahmatullah di Lokhnga, masjid ini merupakan bangunan satu-satunya yang tidak hancur ketika bencana tsunami menghantam Aceh tepatnya di kota Lokhnga.   

Selesai sholat kami pergi ke museum tsunami. Museum ini tutup dari jam 12 sampai jam 2 siang, jadi datanglah diluar jam tersebut. Di dalam museum ini terdapat daerah” mana saja yang terkena tsunami, nama-nama korban tsunami, foto dan pemutaran film tentang tsunami, dan masih banyak lagi. Bangunan museum ini sangat modern cocok untuk anda yang suka fotography. 

Setelah dirasa cukup dan hari semakin sore, kami menutup wisata ini dengan mengunjungi masjid Baiturrahman di kota Banda Aceh. Inti dari segala aktivitas kami di kota banda aceh ini adalah untuk menunaikan sholat di masjid legendaris ini. 
Segala keletihan kami terbayar sudah tatkala kami tiba di masjid ini. Dari sebelumnya kami hanya bisa melihat gambar masjid nya saja ketika waktu SD dahulu, kini dapat kami lihat langsung. Subhanallah, maha besar Allah, masjid yang sungguh menakjubkan. Tak pernah terbayangkan sebelumnya kalau saya bisa sampai di kota Banda Aceh dan menunaikan sholat di masjid ini. Anda akan merasa sangat kecil sekali jika sholat di masjid ini. Memang tidak sebesar masjid di kota Madinah, tapi masjid ini tak kalah menakjubkan. Cocok jika Banda Aceh disebut kota serambi Mekkah.

Sore itu kota Banda Aceh diguyur gerimis kecil membasahi raut wajah kami yang letih selama 3 hari ini. Sehabis makan nasi kare kambing yang dipatok seharga Rp.22.000 per orang, kami mengunjungi toko yang menjual souvenir khas Banda Aceh. Saya lupa nama tokonya, yang pasti lokasinya masih sepelemparan batu dari masjid Baiturrahman. Kami masih ditemani kakak nya Hendra yang menjadi guide kami selama di Aceh. Nah tawar menawar terjadi cukup sengit di toko ini. Tidak hanya wanita yang sadis dalam menawar barang, kami yang sebagian mahasiswa kere juga gak mau kalah untuk membeli oleh” dengan harga murah. Tak jarang ucapan” modus kami keluarkan agar si mbak yang jual nya luluh untuk menurunkan harga barang. Alhamdulillah, kami dikasih potongan dari Rp.1000 sampai Rp.10.000. untuk kopi khas Aceh memang agak susah ditawar soalnya racikannya mahal.. ada “itunya” tuh yang bikin mahal.. hahaha 

Kami semua belanja, walau bokek membayangi kami ketika di jakarta nanti, kami tak mau kehilangan souvenir khas Aceh ini. Biar gak Hoax kalo udah ke Aceh, hehehe. Saya beli kaos lengan panjang bertuliskan Atjeh dengan sablon ukiran khas Aceh dan juga beli 2 bungkus kopi bubuk khas Aceh. Yang lainnya juga tak beda jauh dengan saya. Ini pertama kalinya saya touring bawa oleh”, kalo gak di PING !! sama teman” saya mah gak bakalan bawa oleh”. Setelah cukup belanjanya, kami semua menuju terminal Batoh untuk naik Bis dan kembali ke Medan. 

Di terminal Batoh, kami disambut oleh rekan” Aceh Bus Lover. Sungguh menyenangkan sekali bisa bertemu kawan satu hobi di kota nun jauh dari Jakarta ini. Ternyata mereka tahu tentang kedatangan kami di Aceh setelah teman kami Bayu mengabari mereka. Thanks berat Bay.. kami semua saling bercengkrama dan menambah wawasan tentang dunia per-bis-an di kota Aceh ini. Bang Kutaradja dengan antusias membagi pengetahuannya kepada kami mengenai hal tersebut. Sambil menunggu pemberangkatan bus jam 8 malam, kami foto-foto bersama sebagai kenang”an. Satu hal yang pasti, perbedaan almamater tidak menjadi penghalang untuk bersilaturahmi sesama satu hobi yaitu BisMania. Terima kasih rekan” Aceh Bus Lover, lain waktu kita berjumpa kembali. Insya Allah 



Mendekati jam 8 malam, kami bersiap untuk naik Bus Sempati Star yang sudah kami pesan tiketnya tadi pagi. Suatu keistimewaan bagi kami tatkala Pak Mukhlis selaku owner dari bus Sempati Star menyempatkan untuk berbincang-bincang dengan kami sebelum berangkat. Tambah lagi wawasan kami mengenai Bus-bus di Banda Aceh ini. Jam 8 bus kami berangkat menuju kota Medan. Kabin bus sangat nyaman sekali karena memakai kursi bermerk Aldila dilengkapi selimut dan bantal yang besar. Terlebih lagi bis ini sudah menggunakan mesin terbaru Mercedez Benz OH 1626 dengan suspensi udaranya yang sangat baik. Badan capek, bis nya nyaman, ditambah gerimis, cakep banget deh buat tidur. Zzzzz  

Kami tiba di medan jam 7 pagi. Lagi-lagi kami dikejutkan oleh rekan sehobi kami mas Very dari komunitas bus Medan Bisser. Tuh kan, di Sumatera ini silaturahmi tak memandang almamater. Mau BMC kek, Forbiscom kek, SBL kek, ABL, BDB BBM ataupun BBBBBBBB tetap saling menghormati dan saling silaturahmi. Kami diajak singgah ke hotel tempat mas Very nginep. Bahkan sebelum ke hotel, mas Very mengajak kami untuk makan Nasi Lemak yang sangat nikmat tiada tara. Di traktir pula…. Aduuh jadi ga enak badan nih kita sama mas Very. TERIMA KASIH  sangat mas Very J

Sampai di hotel, kami menggilir toilet untuk mandi sebelum terbang ke Surabaya nanti siang. Lagi-lagi terjadi lomba siapa cepat nyarger BB karena colokannya terbatas. Hahaha dasar BB user 

Setelah semua wangi dan siap untuk satu pesawat dengan tante” manis arek Suroboyo, kami segera berangkat ke bandara. Kami singgah ke tempat oleh” yang jual Bika Ambon dan sirup markisa khas Medan. Disini kami males nawar soalnya waktu penerbangan sudah sangat mepet. Sip, pesenan oleh” udah dibeli semua, udah gak ada lagi yang nge PING !! kami untuk beli oleh”. Jam 11 kami flight menuju Surabaya dengan pesawat Air Asia dengan kode QZ 7611.

Jam 3 kami tiba di bandara Juanda, Surabaya. Tak terasa waktu cepat sekali berlalu, rasanya baru tadi pagi kami take off dari sini sekarang udah nyampe lagi. Lanjut bis Damri ke terminal bungurasih dan makan siang pake soto ayam seharga 8rb. Rio dan mas aris lanjut ke Jogja, mas aziz stay di Medan untuk pulang ke rumah orangtuanya di Rantau Prapat, dan si Bolang Arip ngeteng naik bis dari Aceh sampe bandung, strees tuh orang, tinggal saya dan hendra di terminal.

Rencana kami untuk pulang ke Jakarta kandas ketika kami di culik oleh sepasang merpati yaitu Rhovant dan Devi, rekan kami dari BMC Bandung yang lagi gaya-gayaan turing promo ke Surabaya. Akhirnya karena badan udah capek berat kami terpaksa ikut mereka nginep di hotel. Seneng juga rasanya bisa ngebolang bareng mereka lagi, terlebih lagi ternyata hotel nya murah meriah tapi fasilitas nya cukup mewah. Nama hotelnya Sparkling Backpacker Hotel, gak jauh dari stasiun Gubeng. Dengan harga Rp.105.000, kita udah dapet double bed, Ac, Tv, wifi, dan sarapan pagi. Berhubung waktu itu kamar full, kami bisa menambah satu kasur dengan harga 50% dari tariff kamar. Lumayan banget kan walaupun toiletnya di luar. Nih nomor telpon nya barangkali ada yg mau nginep disana +62 31 5321388.. 

Abis mandi, kami hunting kuliner di kota Surabaya. Karena gak tau jalan taunya Cuma nama tempatnya doang, kami naik taksi Blue Bird. Gak taunya, argo taksi belum sampai 10rb kita udah sampe di warung sate tujuan kami. Ketika ditanya ke supirnya, “berapa pak”, seikhlasnya saja mas.. yauda 15rb cukup lah ya buat berempat. Kami segera makan sate dengan lahap, kecuali saya yang udah gak semangat soalnya udah capek banget. Abis makan sate, lanjut makan es cream Zhangrandhi yang letaknya gak jauh dr tempat makan sate tadi. Orang nya berempat, tapi pesen es cream nya 2 doang. Lah si rhovant sama devi enak pacaran, lah kita ? 2 mangkok es cream kami gilir berempat biar irit. Alasannya doang si Rhovant mau nyobain dulu 2 mangkok padahal mah emang duit tinggal selembar. Ditambah lagi tokonya udah mau tutup lengkap sudah alibi kami untuk tidak nambah. Hahaha 

Balik ke hotel, kami semua rebahan. Rhovant dan devi ngantor jam 8 pagi besok di Bandung. Mereka dapet tiket promo Air Asia sub-bdg 100rb flight jam 6 pagi. Saya dan hendra maksimal harus berangkat dari terminal Bungurasih ke Solo jam 9 pagi. Kami semua sekamar, yang cowok di kasur atas, si devi di ekstra bed dibawah sendirian. Kasian L

Jam 4 pagi semua alarm HP berdering. Rhovant dan devi segera bersiap untuk meninggalkan hotel sementara saya dan hendra masih semangat tidur. Sebelum pergi si rhovant menitipkan uang untuk bayar hotel ke saya. Tarif khotel kan Rp.105.000 ya, si rhovant Cuma ngasih Rp.100.000 doang. Berhubung kami masih ngantuk berat jadi duit goceng tak lebih berharga daripada tidur. Nanti aja nagihnya kalo ketemu lagi. Cadiak ang mah Vant !! hahaha

Jam 7 pagi, telepon di kamar berdering, ternyata dari penjaga hotel. “mas, sarapannya udah siap, di lantai 2 ya”. Begitu ibu tsb berbicara dengan ramah. Saya dan hendra segera mandi dan sarapan. Menu nya sederhana, nasi bihun goreng dengan telur dadar plus teh manis hangat. Alhamdulillah modal sedikit tapi dapat banyak.. segera check out dan naik taksi ke terminal bungur. Kami sudah agak kesiangan mengingat waktu tempuh dari Surabaya ke Solo memakan waktu 6-7 jam. Kami harus naik bis dari Solo ke Jakarta maksimal jam 5 sore nanti.

Berhubung duit kami masih banyak maka waktu menjadi prioritas kami waktu itu dibanding harus nunggu bis ke terminal yang cukup lama. Sampai di bungur kena ongkos taksi 52rb, entah berapa jumlah uang yang kami kasih, kami tak sempat mikir untuk mengambil kembalian soalnya waktunya sudah mepet. Segera kami cegat bus Sumber Selamat yang kebetulan pada waktu itu sudah berada di luar terminal, daripada naik bus di dalam terminal lebih lama lagi nunggunya. Masih ada kursi kosong, dan bus pun berangkat menuju solo dengan cepat. 

Sampai di terminal Tirtonadi, Solo jam 16.30. tujuan kami pergi ke Solo adalah Cuma mau naik Bis RAYA, bus yang kabarnya sangat nyaman untuk tidur selama perjalanan. Kami berdua belum pernah naik, makanya sekalian mau nyobain. Harga tiket bus executive 28 seat kami bayar seharga Rp.150.000 per orang. 7 baris, dapat snack, ada bantal dan selimut, toilet, dan dapat makan gratis 1x di Semarang. Alhmadulillah, tadinya kami pikir akan ketinggalan bus soalnya jalan dari Surabaya menuju solo cukup ramai. Segera masuk ke bus dan tidur.  Kami terbangun di rumah makan di kota Semarang, perut saya laper banget soalnya baru makan tadi pas sarapan di hotel di Surabaya jam 7 pagi. Sekarang baru makan lagi di Semarang jam 9 malam. Mungkin ini sebabnya badan saya kurus dan susah gemuk.. ckck 
Selesai makan bus kembali berangkat menuju Jakarta. Saya dan hendra melanjutkan tidur yang terpotong karena makan. Hari semakin larut, badan semakin ga karuan capeknya, saya akui ini adalah touring paling melelahkan dibanding waktu saya tour Jakarta-Sumbawa dulu. Kami tertidur pulas untuk mengisi tenaga karena besok jam 8 pagi kami harus kuliah lagi.
Jam 7 pagi kami tiba di pool bis Raya di Pulogadung. Saya segera naik ojek mengejar waktu kuliah. Hendra dengan manja dijemput teman pria nya untuk menuju kampus. Kami berpisah, saling berjabat tangan atas pengalaman tak terlukiskan yang kami jalani bersama selama 4 hari ini. Kembali untuk beraktivitas seperti biasa lagi..

BIG THANKS to : Air Asia atas promo nya Surabaya-Medan pp 230rb sehingga kami bisa mewujudkan mimpi kami sholat di masjid Baiturrahman, juga untuk Rio yang memberitahukan saya tentang promo ini, juga untuk Hengky yang menemani kami selama di Medan, Kakak nya Hendra dan pacarnya yang menjadi guide kami selama di Aceh, rekan” Aceh Bus Lover yang menyambut kami di terminal Batoh, dan juga untuk Mas Very atas waktunya untuk menemani kami dan mentraktir kami makan nasi lemak di Medan dan mengantar kami ke Bandara. Dan juga kepada sepasang merpati Rhovant dan Devi yang “menjemput” kami untuk beristirahat di Hotel di Surabaya. TERIMA KASIH J




                                                                                                           Fadri Adhie


















d
 foto-foto lainnya menyusul.. 




Rabu, 20 Juni 2012

Tour de Sumbawa (Jawa-Bali-Lombok-Sumbawa) 12 Juni-19 Juni 2012



Bocah Petualang.. ya, salah satu judul program TV swasta yg menayangkan seorang anak kecil di berbagai tempat di Indonesia yang menampilkan ciri khas dari daerah tersebut.  Saya coba menerapkan hal tersebut dalam diri saya, seorang anak kecil (anak yg berbadan kecil) yang selalu ingin menjelajahi kota-kota di seluruh Indonesia. Setelah sebelumnya saya sudah mengunjungi Pekanbaru-Padang-Jambi-Palembang-Bengkulu-Lampung-Serang-Bandung-Semarang-Yogyakarta-Madura-Surabaya sampai terakhir berujung di Denpasar. Setelah lama mengidamkan ingin menginjak pulau Lombok dan Sumbawa, akhirnya inilah saat yang tepat untuk memulainya.  Seperti biasa, seluruh perjalanan ke kota” yg saya kunjungi harus menggunakan Bis dan Kapal laut, tidak dengan pesawat. Kenapa ? karena saya seorang BisMania. Apa itu BisMania? Untuk lebih jelasnya silahkan lihat di www.BisMania.Org

 
Hari Pertama ( 12 Juni 2012 )
Pagi itu saya terbangun dengan kertas yang berantakan di kasur saya. Setelah semalaman belajar suntuk karena gak konsen antara belajar buat uas dengan angan” turing ke Sumbawa besok.  Sebelum berangkat ke Sumbawa, saya masih harus menyelesaikan kewajiban saya sbg seorang Mahasiswa, yaitu UAS. Hari itu UAS terakhir yg berlangsung pukul 8 pagi sampai 10 pagi. Entah kenapa sesampai di kampus tangan saya dengan cepat menulis jawaban soal uas tersebut. Mungkin karena udah gak sabar mau turing jadi semuanya berjalan sangat singkat. Saya mahasiswa pertama yg keluar dari ruang ujian, tidak bangga karena belum tentu bener jawabannya.  Kembali ke prinsip awal saya, “Jangan sampai kuliah mengganggu hobi kita”, maka melesat lah saya menuju terminal Rawamangun setelah itu.

Sampai di Terminal Rawamangun jam 1 siang, dan saya akan di jemput ke tempat bis berangkat yaitu di terminal Pulogadung menggunakan mobil jemputan. Saya akan berangkat ke Bima, Sumbawa dengan bis Safari Dharma Raya alias OBL. Setelah melunasi tiket, saya mampir ke tongkrongan anak BMC di terminal Rawamangun, tepatnya di tempat jualan soto. Nama penjual soto nya Mul, begitu masyarakat menyebutnya. Atau bisa di follow twitternya di @Mulyani_RM untuk mengenal lebih lanjut.  Di sini sudah banyak teman” BMC yg datang untuk membagi informasi kepada saya seandainya pulang dari bima nanti butuh info bis yg murah dengan cara “ngeteng”. Teman saya Fananie gandie sebagai master bis ketengan menjelaskan secara detail kepada saya.  Jam 3 sore, saya diantar ke terminal Pulogadung. 

Sesampai di PG, belum nampak bis yg akan saya naiki. Terpaksa saya menunggu sambil ngobrol dengan tukang asongan yg lagi istirahat disana. Niat hati Cuma pengen beli tisu dan ngobrol sekedar, eh si abang malah curhat. Yaudah jadi pendengar yg baik aja lah. Jam 5 sore bis nya dateng, langsung penuh diserbu penumpang yg sudah sejak tadi menunggu. Mereka berebut untuk meletakkan barang mereka di bagasi karena penumpang ke sumbawa selalu membawa barang yg sangat banyak. Bahkan sampai di taro di dalem bus dan di susun di bawah kursi mereka. Satu hal yg pasti, fasilitas Legrest sama sekali tidak ada gunanya bagi mereka. 

 
Masuk kedalam bus, agak kaget juga saya dibuatnya. Katanya bis memakai Legrest, memang benar pakai Legrest tapi hanya barisan kedua sampai belakang saja, bangku depan sama sekali tidak ada Legrest. Saya duduk di bangku nomor 1.  Padahal saya pilih bis ini karena satu”nya yg pake Legrest ke Bima, tapi apa daya malah saya yg tidak bawa barang apa” ga kebagian legrest.  Yowes lah legowo saja, sing penting tetep mangkat dan selamet sampe tujuan.  Sebelah saya kursi kosong, penumpangnya baru naik di Cirebon. Lumayan lah ya selonjorannya ke kursi sebelah bukan ke legrest hhe. walaupun bis ini termasuk bis executive class, jangan harap anda dapat kenyamanan di dalamnya karena ini lebih tepatnya Ekspedisi class dengan barang bawaan penumpang yg banyak di dalamnya. 

Setelah semua barang rapi tersusun, bis berangkat tepat jam 18.00 wib. Keluar terminal langsung disambut macetnya kota jakarta. Enggak kaget lah ya. Lagi enak”nya selonjoran, ada bapak” dateng dari kursi belakang dan duduk di bangku sebelah saya. Pertamanya sih enak ngobrol basa basi, lama” si bapak malah ngobrol politik di Indonesia dengan sejuta pendapat nya terhadap pemerintah. HELLOO, Sok iye banget loh.. segera saya bilang, “maaf pak, saya sama sekali tidak menyukai politik di Indonesia”, saya kemudian memilih diam dan pura” tertidur supaya si bapak segera pindah lagi ke belakang. Eh dia malah ikut”an tidur di sebelah gw. Njeeengg !!! 

Memasuki pantura, jalanan macet lumayan panjang. Kata Gandi tadi siang ada jembatan rusak setelah fly over. Benar saja, bis saya langsung blong kanan setelah bis Muriaan pada blong kanan duluan.  Sampai di rumah makan pertama di RM Taman Sari Pamanukan jam 10, para penumpang segera turun untuk istirahat dan makan.  Lagi enak”nya makan, ada yg BBM. Dari pak Hengky Adrien, driver Lorena yg sangat terkenal di kalangan anak BMC. Beliau bbm suruh nungguin dia yg lagi otw ke RM Taman sari juga. Pas banget sebelum bis mau berangkat, beliau masuk. Basa basi ke crew OBL buat nitipin saya sampai ke Bima. Ngomongnya pake bahasa jawa sih, jadi saya ga ngerti deh. Intinya sih “titip ponakan saya yg mau ke Bima ya”. 
 
Abis makan, perut kenyang, mata jadi ngantuk. Ditambah AC thermo king dengan slogannya “Irama sejuk sentosa” membuat saya semakin terlelap. Satu hal yg saya ingat, ketika bis saya di pepet bis Handoyo gara” ga dikasih jalan mau ambil kanan.  Over taking mengagumkan ditunjukkan driver bis Handoyo yg membuat nyali driver saya diam ga berani ngapa”in. Bis mendadak jalan pelan sepelan-pelannya. 
 
Hari kedua ( 13 Juni 2012)
Kalo kata @Rhovant, “bangun pagi di bis itu sesuatu”. Emang bener, bagi kami penikmat bis untuk turing saat bangun pagi hari di bis itu emang mengasyikkan. Waktu menunjukkan pukul 7 pagi, posisi bis saat itu berada di kota Demak. Hmm jadi ingat kelas 3 SD dulu saya pernah ziarah 8 wali salah satunya di kota Demak ini, makam Sunan Kalijaga. Kenapa Cuma ziarah 8 wali gak 9 wali? Karena makam sunan Muria terletak di atas bukit yg tidak mampu dijangkau oleh rombongan Ibu” pengajian yg saya ikuti dulu sama Ibu saya. Hhe
 
Perjalanan terus berlanjut, habis demak lanjut kudus,pati, lasem, rembang sampai ke rumah makan ke dua yaitu di Kragan, nama rumah makannya RM Mitra. Macet semalam membuat jarak waktu makan kami menjadi lama. Dari RM Taman sari semalam jam 10, sampai di sini jam 10 pagi. 12 jam saya tidak makan Cuma ngandelin air doang. Untung saya sudah terbiasa karena waktu turing ke Sumatra jarak waktu makan antara Jambi dan Sumbar sekitar 8 jam. Nyampe sini kebayang lah porsi nasi yang saya ambil beserta lauk nya yg sangat sederhana. Sekalian ngecharge HP yang tumben”an GRATIS disini. Entah gratis atau saya nya yg langsung kabur begitu saja setelah ambil HP, lah wong gak di jagain dan gak di tagih juga. 




Lanjut lagi perjalanan sampai memasuki kota” di Jawa Timur. Saya terbangun di daerah Sidoarjo, baru kali ini saya liat tanggul lumpur lapindo yg cukup tinggi sehingga ga keliatan lumpurnya dari jalanan. Sepanjang tanggul terpampang tulisan” bernada marah, kesal, sindiran, dsb karena masalah lumpur lapindo yg belum terselesaikan juga.  Sampai teruus perjalanan memasuki rumah makan ketiga di Probolinggo. Nama rumah makan nya saya lupa, yg pasti saat saya mau ngambil makanan, lauknya sudah tinggal sedikit dan saya hanya mengambil sisa”nya saja. Pelayanannya agak lambat sehingga saya terlampau kesal dan makan seadanya saja, Cuma nasi putih kering sama mie goreng, Tok.  Setelah makanan saya hampir habis barulah lauk” tadi di tambah kembali. Njeeeng !!. yang pasti, makan disini gak diminta kupon service makan dan saya juga gak bayar. Penumpang lain juga ga pake kupon dan sehabis makan langsung pergi.

Malam hari, bis konvoi dengan bis OBL lain tujuan Denpasar. Memasuki kota situbodo sampai Banyuwangi pelabuhan Ketapang. Saya terbangun saat bis sudah memasuki pelabuhan ketapang. Posisi bis persis di depan dermaga 2, gak lama kemudian bis masuk ke kapal bersama bis Tiara Mas tujuan mataram.  Sampai di atas kapal sedikit terhibur oleh pertandingan Euro 2012 antara Denmark vs Portugal kalo ga salah. Cuma setengah jam saja nyebrang, kami sudah sampai di pulau Bali. Hmm, long time no see Bali. saat bis keluar dari kapal, seluruh penumpang bis diperiksa KTP nya di pelabuhan Gilimanuk. penumpang disuruh turun dan kemudian berjalan ke tempat pemeriksaan KTP. bagi KTP nya yg sudah mati kena denda sebesar 20rb. so, jangan lupa bawa KTP kalo ke Bali ya..

Bis melaju dengan kencang setelah keluar kapal, jalan dari gilimanuk sampai memasuki kota Denpasar cukup menyenangkan.  Bis kembali memasuki rumah makan, kali ini pelayanannya lebih kurang memuaskan lagi.  Kupon makan yg tinggal 2 di ambil semuanya disini, kata pelayannya “ ini kupon service makan terakhir”. Lah padahal masih sisa 2 kupon. Saat mau ambil nasi, ternyata nasi nya di ambilin oleh pelayannya, dan sangat sedikiiiiiiiiiiitt banget nasinya. Minta tambah nasinya, bener sih ditambahin, gak lebih dari 2 sendok makan nambahinnya.  Lauknya tempe juga diambilin sama pelayannya masing” 1 potong tempe satu orang, sama sayur sop biar gak seret. Saya lupa deh di kasih ayam apa ngga waktu itu. Kayanya sih enggak

Yowes lagi-lagi saya bersikap legowo, yang penting makan walaupun sangat sederhanaaaaaaaaa sekali. Sekalian ngecharge HP disini saya pesen pop mie lagi akibat makan sangat tidak kenyang.  Nah giliran “yang bayar” kaya ngecas hp sama mesen popmie pelayannya friendly banget.  Senyum manisnya mengalahkan senyum manis Dian sastro kalo lagi nengok kebelakang. :D Lanjut lagi perjalanan, memasuki kota Denpasar yg ramai akan wisata dan tongkrongan anak” gaul. Saya tidak tertarik sama sekali, yg saya tunggu adalah bis memasuki terminal ubung, Denpasar. Eh malah ga masuk terminal tautau saya tertidur dan terbangun sudah di pelabuhan Padang bai. 

Hari ketiga (14 juni 2012)
Pemandangan di padang pai saat itu sungguh menawan, dimana perpaduan antara cahaya matahari pagi dan awan gelap malam yang belum sepenuhnya pudar. Awan di kota Denpasar masih sedikit gelap, tapi di pelabuhan sudah nampak sedikit terang. Bis segera masuk kapal di dermaga 2. Nama kapalnya KMP Dharma Sentosa, kapal dibawah naungan “Lautan Dharma” selalu bagus dan dilengkapi fasilitas hiburan.
Saya segera mencari posisi yg pas untuk mengambil sedikit gambar, lalu mencari sofa panjang di dalam kabin untuk tidur lagi. Perjalanan laut memakan waktu normal 5 jam sampai ke pelabuhan Lembar, Lombok.







 
2 jam saya sempat tertidur, ketika melihat keluar sudah berada di tengah lautan tanpa pulau di sekeliling. Saya mengeluarkan cemilan dari tas doraemon saya, pergi keluar dan mencari teman. Di luar, saya menghampiri 2 orang pemuda yg sedang ngobrol. Sama” penumpang bis OBL tujuan sumbawa.
Namanya Ivan riki, dan Yadi saputra. Ivan asli penduduk Dompu, sedangkan yadi penduduk Sumbawa besar.  Satu pesan saya disini, jangan terlalu percaya sama muka orang yang kelihatannya serem, tapi pas diajak ngobrol mereka baiiiiikk se baik”nya. Apalagi yadi, dia bekerja di Palembang dan akan ke Sumbawa naik bis dari palembang sampai sumbawa. Wah ini baru BisMania nih. Yadi sangat senang ketika tahu saya juga sering main ke palembang, dia segera meminta nomor hp saya kalau nanti ke Palembang bisa ketemuan di jembatan Ampera dekat tempat dia bekerja. Lumayan kaan hhe. 




 
Pas 5 jam perjalanan kapal sampai ke pelabuhan Lembar, Lombok. ombak sangat bersahabat saat itu. Pemandangan di pelabuhan Lembar juga cukup memuaskan mata. 


Bis turun dari kapal, dan saya bersiap untuk melihat pulau yang belum pernah saya kunjungi ini.  Tidak begitu menarik perhatian kondisi jalan di pulau Lombok. Kondisi jalan yg hanya setapak dan di hiasi pepohonan membuat perjalanan sangat membosankan. Kami tiba di kantor perwakilan OBL di kota Cakranegara, Mataram. Disini penumpang yang tujuan Mataram pada turun, dan bus berhenti agak lama untuk istirahat. Saya makan disini beserta penumpang OBL lainnya, anehnya disini juga makan tanpa kupon service makan dan kami juga tidak membayar untuk makan.  Lauknya telor dadar bulat tipis di potong 15, dan sayur sop.  Oh ya, toilet di kantor OBL sini sangat bersih dan enak buat mandi.  

Lanjut lagi. Bis bergerak ke arah timur pulau lombok, yaitu ke Pelabuhan Kayangan. Sedikit agak macet karena perbaikan jalan dan pasar di pinggir jalan. Disini banyak sekali Cidomo, kalau di jakarta namanya Delman sebagai alat angkut masyarakat Lombok. Sama sekali tidak tampak keindahan alam sepanjang jalan dari pelabuhan lembar sampai pelabuhan kayangan. Pemandangannya sangat monoton yg hanya menampilkan jalan setapak dan pohon”  kecil menghiasi jalan. Tapi jangan tanya dengan wisata bahari di Lombok ini, Amazing.

Tiba di pelabuhan kayangan pukul 4 sore kalo ga salah. Di parkiran sudah nampak bis Rasa Sayang yang saya lihat di terminal pulogadung kemarin. Kami harus mengantri lama disini karena sistem nya antrian dengan melihat siapa yang datang lebih dulu. Berbeda dengan di pelabuhan Merak-Bakauheni dimana angkutan pribadi dan umum didahulukan, lain halnya disini angkutan umum tetap mengalah dengan truck” barang yang akan menyebrang. Hal itu terlihat saat ada cekcok antara petugas pelabuhan yang sempat mempersilahkan bis kami untuk masuk kapal duluan, sedangkan Truck itu sudah menunggu 3 hari di sana. Akhirnya terjadilah perang mulut antara petugas pelabuhan dan supir truck. Tapi tidak berlangsung lama karena bis kami kembali masuk jalur antrian lagi dan truck tersebut dipersilahkan masuk kapal.  

Entah jam berapa kapal selanjutnya akan tiba di kayangan dari Pototano sumbawa. Yang jelas sejauh mata memandang ke tengah laut tidak ada kapal yang bergerak menuju pelabuhan kayangan. Nanya ke petugas pelabuhan, mereka bilang paling malem jam 7an. Yaudah sambil menikmati sunset pelabuhan kayangan, kami (saya, ivan,dan yadi) keliling pelabuhan untuk mencari makan malam. 

Kami makan di salah satu warteg yang sangat bersih di sana, kelihatannya si penjual berasal dari sunda terdengar dari logat dan percakapan dgn pelayan yg lain. Agak benar dugaan saya tatkala melihat lauk yang disediakan juga banyak lalapan khas sunda dan beberapa ayam, ikan, dan udang goreng. Untuk makanan seafood disini mungkin saja mereka tinggal ngambil di pinggir dermaga pelabuhan, karena saya melihat ikan dan udang yang sangat berlimpah disana.  Yowes, pesen kangkung sama ayam goreng aja. Si yadi dan ivan sangat menyukai seafood kayanya, entah mungkin karena terbiasa makan seafood di kampung mereka yg mayoritas berprofesi sbg nelayan. Selesai makan kami kembali ke pelabuhan, disana tampak 5 orang remaja wanita yang akan nyebrang ke sumbawa juga. Sambil menunggu kapal datang saya sedikit bermodus” ria dengan mereka. 

Jam 7 malam kapal beneran datang. Pelabuhan mendadak jadi rame lagi setelah 3 jam sepi tanpa pergerakan. Bis “ yang mengantri langsung pada di starter, begitupun dengan truck barang yg sekali starter asap nya sampe ke muka kami yg nongkrong di belakang truck. Bongkar muat berlangsung selama satu jam. Akhirnya kami masuk kapal juga, kapal kecil yang dilengkapi fasilitas sederhana tapi sangat nyaman untuk istirahat. Waktu tempuh pelayaran untuk sampai ke pulau sumbawa paling lama 2 jam kata Yadi. 
 
Selama satu jam pertama berlayar arus laut berjalan dengan sangat tenang. Entah kenapa setengah jam menjelang mendarat, arus laut tiba” berubah sangat drastis. Kapal yg kami tumpangi di hantam ombak yg menurut saya cukup besar karena belum pernah nemu ombak kaya gitu selama turing ke Sumatra. Kapal terdorong arus sampai sejauh 50 meter ke kanan dari jalurnya. Sang nahkoda kapal berusaha mengembalikan kapal ke jalurnya ke arah kiri lagi, namun mentah lagi di terjang ombak.  Selama 15 menit kapal berusaha melawan arus laut dan ombak yg menerjang kapal. Sedikit parno juga saya di kapal ini, maklum saja selama turing ke sumatra via selat sunda belom pernah kapal bergoyang separah ini, karena kapal di selat sunda relatif besar drpd kapal” disini, dan juga selat sunda tidak berhadapan langsung dengan laut samudera lepas seperti disini. Yadi dan ivan santai saja dengan ombak seperti ini, mukanya polos sambil nyeruput kuah sisa” pop mie yg dibeli di pelabuhan tadi. 

Pas 90 menit kami berlayar, pelabuhan Pototano sudah tampak di depan mata. Ombak pun normal seperti sedia kala. Kapal merapat dengan mudah, kami segera turun ke bis untuk melanjutkan perjalanan di pulau sumbawa yang amazing ini. Bis keluar perlahan, dan langsung tancap gas ketika mendarat. Mata saya disuguhi lintas sumbawa yang sangat mengasyikkan. Jalanan panjang dan berkelok dengan laut di sebelah kiri tanpa pembatas. Sebelah kanan jalan dipenuhi bukit tandus dan savana. Sayangnya saat itu malam hari sehingga saya tidak bisa mengabadikan lintas sumbawa ini. Driver OBL kami sudah mengerti seluk beluk jalan dengan baik, terbukti bis berjalan sangat kencang melibas setiap tikungan yang ada. Buat anak motor yg ingin turing kesini, bersegeralah. Asal jangan ngerem mendadak karena hewan liar yg sering menyebrang, karena jalanan sedikit berpasir dan bisa” kepeleset dan nyebur ke laut. Tidak ada pantai, langsung nyebur ke laut.

Jam 12 malam bis memasuki Rumah Makan Paiton, sumbawa besar. Agak males juga makan tengah malem gini tapi kata keneknya dikasih kupon makan. Kalo masalah gratisan mah gak usah pikir panjang deh. Wajah pelayannya mirip pemain Smackdown, Undertaker, dengan rambur panjang dengan tatapan mata “menyejukkan” hati penumpang yg mau ambil nasi. Lauknya lumayan, ada tempe, sayur sop dan ayam gulai.

 
Hari keempat (15 juni 2012)
Jam 1 pagi bis melanjutkan perjalanan. Memasuki daerah sumbawa tengah sampai ke kota Dompu jalan sedikit agak rusak dan banyak perbaikan jalan. Sepanjang perjalanan saya melihat kuda” liar di pinggir jalanan. Juga dengan sapi bertanduk panjang beserta anjing hutan yang lalu lalang di jalanan. Tak heran banyak bangkai hewan terlindas disini. Ngeri juga yah kalo mobil troubel disini, bisa di gigit anjing dan di tanduk sapi tuh. Ckck

Jam 6 pagi pas, saya sampai di terminal Dara, Bima. Di terminal ini sudah menjadi tradisi bis” kecil seperti kopaja selalu standby mulai jam 5 pagi untuk mengangkut penumpang Bis besar untuk menuju pelabuhan sape. Semacam bis jemputan gitu lah. Karena kapal yang akan berangkat ke Labuan bajo dari pelabuhan sape setiap hari jadwalnya rutin sekitar jam 9 pagi. Saya naik bis kecil tersebut dan duduk di bangku depan untuk mengabadikan lintas Bima-Sape. Ngetem sekitar setengah jam sambil menunggu bis besar yang datang di terminal. Jalanan dari Bima ke sape sangat kecil dan sempit, sehingga seluruh bis besar hanya sampai kota Bima saja, selanjutnya transit naik bis kecil ini sampai sape. Setelah bis penuh sampai penumpang duduk di atap bis, bis segera berangkat.

Mentari pagi itu cukup menyinari perjalanan kami sampai ke Sape. Kamera saku Cannon PSA 480 yg saya bawa sangat cocok sekali dengan cahaya terang sehingga gambar dan video nya cukup bersih. Untuk travelling sejauh ini lebih enak bawa kamera saku drpd SLR, cukup berat dan merepotkan. kalo naik pesawat sampe Bima mah gapapa, tapi saya kan naik bis. Hhe


Kondisi jalan disini lah yang paling menakjubkan bagi saya. Jalan lebih sempit dan tikungan tajam terhalang tebing.  Jalanan disini berada di atas bukit yang memang di bangun sebagai jalan lintas untuk sampai ke sape. Kondisi aspal masih sedikit yang bagus, setelahnya jalan tanah pasir campur kerikil yang sangat berbahaya bagi pengendara motor. Sebelah kiri jurang kira” sedalam 40 meter ke bawah. 



Kadang di sebelah kiri jurang, disebelah kanan nya rumah penduduk. Nanti selang beberapa kilo, sebelah kiri rumah penduduk, sebelah kanan nya jurang.  Jangan sempet” nya ngantuk deh karena pembatas jalan dengan jurang juga tidak banyak. Hhe 



 
Pas 2 jam perjalanan, bis sampai di depan dermaga pelabuhan sape. Banyak penumpang bis yang memang akan lanjut ke Labuan bajo. Saya memilih “tinggal” disini. Saya rasa perjalanan dari jakarta sampai ke pelabuhan Sape selama 62 jam di atas bis dan kapal sudah cukup bagi saya. Enak nya lagi, disini banyak losmen sebagai tempat istirahat kita. Hanya 5 meter dari gerbang pelabuhan, saya menemukan Losmen dengan bangunan yg modern, namanya Losmen Mutiara. 



Masuk ke dalam dan segera mencari si empunya losmen. Di panggil “ gak ada suara, sepi. Karena kebelet kencing akhirnya saya nyari toilet dulu baru bilang mau nginep. Pas keluar dari toilet baru deh ketemu bapak” penjaga losmen. Tarif disini berkisar dari yang paling murah Rp.50.000 sampai yg bagus sekitar 250rban. Saya pilih yang 50rb aja, yang penting bisa tidur nyaman dan ada colokan listrik untuk menghidupi BB yg mati mulu ini. 


Saya dikasih kunci nomor 5, pas di ujung dekat dengan toilet.  Toilet berada di luar kamar dengan jarak sekitar 3 meter dari kamar saya. Ruangan kamar cukup sederhana, hanya ada kasur berukuran sedang, kipas angin beserta colokan listriknya. Pas deh sesuai harapan saya dengan harga murah dengan fasilitas seperti ini udah bagus banget. Istirahat sebentar, langsung mandi. Bau badan udah gak karuan antara bau asap truck, bau sengatan matahari selama di kapal, dan masih banyak lagi. Selesai mandi langsung cari makan, di seberang losmen ada rumah makan padang. Gak jauh ya kemana pun travelling nya makan di Rumah Makan Takana juo haha.  Abis mandi, makan enak, kebayang kan ngantuk nya kaya gimana sehabis 62 jam di perjalanan. Setelah minum obat masuk angin dan koyo yang ditempel di punggung,  saya tertidur pulas sepulas”nya.

Kegiatan  saya selama di sape sangat membosankan. Karena saya mengira disini ada tempat untuk berwisata atau sekedar melihat pemandangan alam ternyata tidak saya dapatkan. Sape adalah kota kecil dimana di ujung jalan ini terdapat pelabuhan kecil untuk nyebrang ke labuan bajo. Sekeliling tempat saya menginap juga hanya rumah” padat penduduk dan terlihat pasar di kejauhan. Sape adalah kota transit, bukan kota wisata. Satu saran saya, kalo ingin nginap di Bima saja, lebih ramai, banyak kuliner, dan cuaca sedikit lebih dingin ketimbang di sape.


Tapi namanya saya yang Cuma pengen naik bis sampai ke Ujung pulau sumbawa, tidak pergi berwisata air dan mencicipi kuliner khas tidak begitu menjadi masalah. Sedikit agak menyesal juga sih kenapa saya tidak nginap di Bima saja. Tapi namanya juga baru pertama kali siapa yang tahu. Setelah ini kan kita baru dapat belajar untuk bagaimana nanti nginap dan berwisata di sumbawa ini. Yang pasti, touring ke sumbawa adalah pilihan yang bagus buat yang suka naik bis dan motor karena kondisi jalan nya yg keren dengan pemandangan yang menakjubkan.


Untuk para BisMania yg ingin turing ke Sumbawa, disarankan dari Bima ke arah barat menggunakan bis Safari Dharma Raya karena bis itu satu”nya yang berangkat pagi dari Bima jam 9, bis lainnya berangkat sudah maghrib. Jadi kalo berangkat pagi puas deh menikmati pemandangan di Sumbawa ini.  

 
<--Potret peabuhan sape 

Masyarakat yang saya temui di sini semuanya sangat ramah. Termasuk teman saya Ivan dan Yadi yang tinggal di Dompu. Pemilik losmen juga sangat ramah terhadap wisatawan, memberikan informasi yang jelas, dan pandai berbahasa inggris terhadap bule” yg datang. Begitu juga dengan warung” tempat saya makan, mulai dari rumah makan padang sampai warung makan di pelabuhan semuanya sangat ramah, mereka tidak segan untuk bercanda dengan kita. Bahkan sampai kenek bis yang membawa saya dari sape kembali ke Bima pun sangat ramah sekali. Oh iya, kalau nanti naik bis kecil dari Bima ke sape atau sebaliknya, mending duduk di atas bis deh, karena bisa melihat pemandangan dengan jelas sejelas”nya dan gampang untuk mengabadikan moment.

Tempat saya makan bersebelahan dengan loket penjualan tiket kapal ferry ke Labuan bajo -->



Saya kembali ke Jakarta tanggal 16 juni 2012, naik bis Langsung Indah. Harga tiket sama semua dari bima ke jakarta Rp.550.000. entah kenapa saya lebih suka naik bis langsung ke tujuan daripada ngeteng, ikatan batin dengan bis lebih terasa saking lamanya di bis. Hahaha

Sudah dulu ya, tidak sanggup saya tuliskan semua yang saya alami selama di perjalanan. Pokoknya, ga nyesel deh jauh” ke sumbawa. Harga tiket yg kelihatannya mahal sebanding dengan yg kita rasakan di sumbawa ini.

            
              
                   Terima Kasih..