Kamis, 14 November 2013

Menuju 0 Kilometer Indonesia ( Naik Bis !! )


             Turing kali ini bisa dibilang turing pembalasan.. ya sudah 3 bulan lamanya saya tidak merasakan sensasi naik bis karena harus bertanggung jawab atas tugas akhir saya.. 5 bulan lamanya saya ngerjain skripsi, kok lama banget ? Selesai bab 1 saya turing ke Medan pp naik bis, boongin dosen pembimbing bilang lg sibuk kerja.. Selesai bab 3 ngebolang ke Belitung gara” nonton laskar pelangi di yutub, boongin dosen lagi.. nah abis bab 3 baru saya fokus skripsi karena jatah boong saya udah abis.. Nah ceritanya udah lulus nih…………..  

            Mau kemana kita kita ? ke Sabang di Pulau Weh.. Orang bilang disinilah titik 0 km Indonesia bermula.. tapi kalo liat di Google maps (Atlas saya ilang), masih ada lagi pulau di atas pulau Weh.. saya tidak pandai berasumsi kenapa gak dimulai dari pulau itu saja titik 0 km nya ya.. Pulau Weh adalah Pulau paling barat di Indonesia, masih satu provinsi dengan Nanggroe Aceh Darussalam. Ini kedua kalinya saya maen ke Aceh. Jarak tempuh dari Jakarta ke Banda Aceh  2.771 km, nah kalo di itung pp jadi 5500 km lebih saya harus duduk di bis.. Jarak dari pelabuhan Balohan Sabang ke titik nol km sekitar 30 km.. Partner turing saya kali ini adalah Arif Firmansyah, sedulur saya dari BMC Sumatera.. Here we go !!! 

Etape 1, Jakarta – Palembang (2 November 2013)
            Pagi itu langit cerah (cieee).. Saya dan Arif beserta teman BMC lainnya akan terlebih dahulu menghadiri akad nikah teman kami Windi Priasnami.. Pernah liat gak ada calon pengantin yg mau nikah tapi masih pake celana pendek di terminal pas hari H dia nikah ? Nah kita punya temen yg kelakuan nya kaya gitu.. Jam 10 pagi akad nikah dilaksanakan di Depok, nah jam 8 pagi si Windi jemput saya dan temen” BMC lain di terminal Rawamangun, PAKE CELANA PENDEK.. Astagaaaa !! 

          
                 Nah selesai deh tuh acara akad nikahnya, kita pamit balik lagi ke terminal Rawamangun. Saya dan Arif akan menuju Palembang, naik bus Kramat Djati kelas Bisnis seharga 200rb berangkat jam 4 sore. Bus yang kami tumpangi terbilang masih baru, ya baru keluar dari karoseri Morodadi Prima berdapur pacu Mercedes Benz OH 1521.. Kami duduk di seat depan, biar sampenya duluan. Sore itu kota Jakarta lagi macet parah” nya, akhirnya sang jurumudi mengalihkan jalan melalui tol Bandara Soetta ketimbang lewat tol Gatot subroto menuju Merak. Strategi ini terbukti efektif, karena kami “berhasil” tiba di Merak bersamaan dengan bus PPP (Putera Pelangi Perkasa) yang berangkat 2 jam lebih awal lewat tol Gatot Subroto.

Sebelum masuk kapal bus memasuki rumah makan dulu di merak, namun kami sudah menyiapkan 2 bungkus nasi padang dari jkt buat makan di kapal. Salah satu strategi mengantisipasi mahalnya harga sekali makan selama perjalanan di Lintas Sumatera, yang sekali makan bisa kena 20rb (gak nambah, gak pake es teh)  adalah beli Rendang yg banyak, atau suruh pacar bikinin rendang, nanti kita tinggal beli nasinya aja di jalan. *Eeh gak punya pacar ? Berani tabungan Anda cukup untuk beli nasi+lauk di jalan….  YA KAN ?

Bus memasuki pelabuhan Merak, Banten.. Suasana tampak lengang malam itu. Petugas ASDP mengarahkan bus kami ke Dermaga 1 dimana kapal Ferry KMP Raja Basa 1 baru saja berlabuh untuk mengantarkan sebuah harapan bagi para perantau dari ranah Sumatera yang akan mengadu nasib di ibukota, atau mereka yang akan kembali pulang ke rumah.. ada 7 bus parkir di dermaga 1 malam itu; Lorena, Kramat Djati, PPP, Pahala Kencana, ALS, Giri Indah, dan Sari Harum.. Bongkar muat kapal dimulai, mata saya terfokus di bibir kapal tempat kendaraan keluar dari lambung kapal, melihat ada bis apa nih yang bakal keluar.. sesekali bibir ini tersenyum melihat supir truk yang lebih memilih kenek seorang wanita yg duduk disebelahnya ketimbang kenek seorang pria.. “kenek pria sudah terlalu mainstream”.. 


Bongkar kapal selesai, sekarang waktunya muat kapal.. Kendaraan pribadi naik ke atas, sementara di bawah khusus kendaraan besar.. Bus saya parkir paling belakang diantara bus yg lain. Kami naik keatas, ada sebuah teras yang sangat nyaman di Mushola kapal dimana kami dapat makan nasi bungkus dengan nyaman sambil melihat kelap kelip suasana pelabuhan Merak.. Ombak sangat tenang malam itu, perut kenyang dan semilir angin malam membuat kami tak kuasa menahan kantuk.. Lumayan, 2 jam lagi untuk tiba di Pelabuhan Bakauheni kami manfaatkan untuk tidur.. 


“POOOOTT POOOTT”, tukang jagung memberi klakson.. Eh bukan, itu klakson kapal ferry yang volume nya ribuan kali lebih kuat daripada klakson tukang jagung bersepeda, pertanda kapal akan merapat di Pelabuhan Bakauheni.. Kami terbangun cukup kaget, cuma supir truk yang engkel dari Irian jaya yang gak bangun denger klakson kaya gitu.. Saya memastikan ke ujung kapal tempat dimana Leonardo de Caprio pernah berdiri bersama Kate Winslet, ternyata benar, Menara Siger sebagai symbol dari Provinsi Lampung berdiri terang dengan sorotan lampu kuning cerah di sekelilingnya. “ Welcome to Sumatera Island”.. 

Turun ke lambung kapal, terdengar deru mesin yang sangat merdu bersautan antara mesin bus dan truk yang sangat memanjakan telinga saya. Sengaja saya tidak langsung naik ke bus demi menghirup udara segar yang sudah 3 bulan tidak saya rasakan, seperti melihat tulisan “Happy Vacation Fadri” di setiap gumpalan asap bus dan truk yg keluar dari knalpot..  Nikmat sekali Tuhaaaan, abis wisuda lagi.         Kendaraan keluar satu persatu di pandu awak kapal. Pahala Kencana pamer mesin Hino RG nya, melesat menghilang lebih dulu meninggalkan kami 6 bus bermesin intercooler.. Kemudi dipegang yang empunya batangan bis ini, saya tidak tanya namanya, sebut saja “Kang Iwan”, karena fasih berbahasa sunda, sudah cukup berumur dan sarat pengalaman.. 4 bis di lalui dengan sangat mudah di tanjakan Kalianda, ternyata mercy lawas ini masih sangat sehat rupanya. Pahala Kencana dan Sari harum masih jauh di depan..

Kencang tapi pasti dan sangat elegan, Kang Iwan berhasil menempel bus Sari Harum yang sedang kewalahan menyalip kovoian truk yang sedang mendaki. Kang Iwan mencoba spekulasi menyalip sekaligus di tikungan sambil melempar beberapa kali lampu dim, daaan berhasil.. Kadang yang mengkhawatirkan di Lintas Sumatra adalah ada beberapa titik dimana tikungan kelihatan sepele untuk di gas kencang tiba” tikungan tersebut sedikit agak mematah kedalam sehingga tak jarang banyak kendaraan yang terperosok ke jurang. Belom lagi sepeda motor tak berlampu yang kadang” menampakkan dirinya setelah sejengkal dari bemper mobil kita, WASPADALAH WASPADALAAAAH !!!

Hari semakin larut, penumpang sudah banyak yang terbuai kenyamanan suspensi mercy lawas ini.. Kang iwan semakin memacu laju bus nya dan berhasil mengejar Pahala Kencana untuk bergoyang bersama melewati serangkaian truk ekspedisi.. Satu peluang dimanfaatkan dengan baik oleh kang iwan lagi” di tikungan untuk menyalip bus Pahala Kencana, Great !! saya yakin di kamar bapak ini banyak poster Valentino Rossi..

Jam 1 pagi bus masuk rumah makan Gadang Jaya 3, Bandar Jaya, Lampung. Di sana sudah ada Laju Prima no 16 yang sedang istirahat menuju Jakarta dari Palembang. Kami tidak makan disini, masih kenyang dan jarak ke rumah makan berikutnya cuma 4 jam.. Tidak lama berselang masuklah bus” yang udah diblong Kang Iwan tadi yaitu Pahala Kencana dan Sari Harum.. FYI aja rumah makan ini adalah salah dua rumah makan paling ramai yg disinggahi bus” lintas Sumatera di Lampung, diantaranya; Lorena, Pahala Kencana, Kramat Djati (Div Jkt), Sari Harum, ANS, PMTOH, PPP, Giri Indah, Bintang Permata Bunda, dan Laju Prima.. Berangkat lagi, supir tengah nya sangat menjunjung tinggi “Safety dimulai dari saya”.. lanjut tidur lagi..

Tepat prediksi saya, jam 5:30 Wib bus masuk di rumah makan Pagi Sore, Teluk Gelam, Sumsel. Ini rumah makan favorit saya di Lintas Timur Sumatera karena paling bersih, makanan nya enak + tarif terjangkau, bis nya ramai, dan toilet nya juga bersih.. Masih setengah sadar saya turun dari bis, bukan nya ke toilet dulu bersih” malah ke belakang parkiran bis.. ngapain ? Foto bis nya dulu.. PENTING!! Ada berbagai macam menu disini, saya pilih sarapan Martabak nya yg cukup ngangenin seharga 12rb. 


Dari sini, kota Palembang tinggal 3 jam lagi. Di Palembang kami sudah ditunggu sedulur kami dari BMC Bandung yang tinggal dan bekerja di Palembang, Kang Dian Dimar Saputra. Kebetulan hari itu hari Minggu, Kang Dian sedang libur dan akan menemani kami selama beberapa jam di Palembang.. Jam 9 bis sampe di kota Palembang ( Total Perjalanan 16 jam ).  Kami segera dijamu dengan sangat handal oleh kang Dian. Numpang mandi, sarapan, ngecas hp, sambil istirahat kita ngobrol” ringan seputar perjalanan tadi. Jam 2 siang ini kami akan lanjut ke Medan naik bus Putera Pelangi Perkasa, kami pilih kelas terbaik Super Executive 2-1 total seat 21 yang tiketnya sudah di booking kang Dian seminggu kemarin seharga 440rb SAJA..

Etape 2, Palembang – Medan ( 3 November 2013 )
            
             Agen bis PPP ini gak jauh dari rumah kang Dian, tapi kalo jalan kaki jauh banget. Kami diantar kang Dian naik motor bertiga, abis ga ada angkot sama sekali di dekat sini, paling taksi itu juga jarang lewat. Solusinya buat yang gak ada kenalan di Palembang, turun aja di tempat terakhir bus berhenti di KM 12, nah dari situ udah banyak angkutan umum untuk ke jantung kota Palembang ataupun ke Agen bis PPP.. “Malu bertanya sesat di jalan, besar kemaluan susah berjalan, Nanya mulu kapan sampenya” !!! 

            
               Saya duduk di seat 1A, Arif di 2A.. Bis yang akan kami naiki lebih muda usianya daripada bis kami sebelumnya, Mercy OH 1525 dibalut body Jetbus by Adi Putro sudah dilengkapi Air Suspension (stiker itu abaikan saja). Perjalanan ke Medan “hanya” memakan waktu 30 jam normalnya, kenapa di kasih tanda kutip ? karena perjalanan kami berjalan dengan tidak normal.. Kami pamitan sama kang Dian yg sudah sangat kami repotkan, terima kasih Kang Dian.. 

            
            Bis mulai berangkat ke Medan, hujan rintik” langsung membasahi pandangan saya.. Pak supir dengan sigap memutar lagu khas Aceh, gak ngerti lagunya tapi enak di dengar.. Arif mencoba menerjemahkan maksud lagu tersebut, sepertinya dia paham karena sudah lama tinggal di Bandung, tapi pernah 3x ke Aceh.. “inti lagu ini adalah menyindir kehidupan anak muda jaman sekarang yang udah banyak melenceng dari ajaran agama” kata Arif.. Berani sekali dia berbicara seperti itu dihadapan anak muda.. *mendingtidur
            
                 Baru 2 jam dari Palembang, bis masuk rumah makan Pagi sore yang sedang tahap dibangun ulang. Awalnya bingung karena setau saya bis Pelangi itu rumah makan nya di RM Simpang Raya daerah Bayung lencir, Jambi. Nah disini masalah mulai terjadi pada bus. Bus tidak bisa di starter, sampai berulang kali di utak atik selama 2 jam baru bisa di starter, perut yang tadinya kenyang sampe laper lagi nungguin mesin bus bisa hidup lg. Saya dan Arif sudah terbayang-bayang akan segera dikirim bus pengganti PPP Mercy OH 1836. Tapi harapan itu sirna, bis nya hidup lagi.. Ah  

            
        Malam semakin larut, bis berjalan dengan sangat tidak bertenaga layaknya mesin OH 1525 yang pernah saya naikin yang sudah”. Lagi enak” nya tidur, asap mengepul dari sekring bus tepat sejengkal di depan jempol kaki saya. Hanya konsleting ringan, awak bus dengan sigap memperbaiki nya, penumpang yang tadinya panik dapat kembali tidur pulas, kayanya.. Ternyata memang benar bus mengalami masalah sensor electric nya (begitu yg saya dengar) sehingga tidak bertenaga, bahkan di beberapa tanjakan curam di Riau bus sempat mundur lagi karena tidak kuat nanjak. Ulang lagi dari jalanan yang datar, matiin AC sebentar, masukin gigi 1 nanjak pelan”.. yak lanjuuuutt !!! 

            
           Perjalanan dari Palembang menuju Medan full lewat lintas Timur melalui Jambi, Pekanbaru, baru tiba di Medan. Apes nya, atau bisa juga Seru nya, kami tiba di Minas pas Maghrib tepat bersamaan dengan keberangkatan bus” Jet Darat lintas Pekanbaru-Medan. Sudah tentu bis kami jadi bulan”an, di blong sekali 3 bis di tanjakan sama mercy Intercooler yang udah di oprek, CV Makmur, Halmahera, dan Bintang Utara. Belom pernah saya liat mercy  OH 1521 bisa nanjak sambil blong kanan kenceng begitu. Kami disuguhi pemandangan seru dimana bus” tersebut saling adu cepat di lintasan Minas yang tidak datar, tanjakan curam tikungan tajam di hajar terus.. Lambaian tangan kenek bus begitu gemulai dalam gerak lambat meminta jalan tatkala di depan nya sudah bersiap untuk crash truk Scania R370, sekejap banting kiri, masuk, buka kanan lagi, jooooosshh.. kami semakin jauh ketinggalan L
            Mulai malam, kami semakin menjadi bulan”an.. kali ini yang lewat bis electric semua.. ada Intra, Sentra, Halmahera SE, Medan jaya, Almasar, CV Makmur, PMS, dll. Dalam hati kami “ gpp lah di blong terus, yang penting puas naik SE bonusnya 12 jam dr waktu normal”.. Penumpang sangat memaklumi bus berjalan tidak terlalu cepat karena sedikit mengalami masalah, saya tidak mendengar adanya keluhan dari penumpang sama sekali. IYALAH, naik bis SE nyaman kaya gini fasilitasnya.. Nah sampe juga deh tuh besok pagi nya di Medan jam 9.. Alhamdulillah walau sedikit ada masalah kami tetep puas dan sampai dengan selamat ( Total perjalanan 42 jam ). Cerita kami di atas bukan untuk menjelekkan bis PPP, hanya menceritakan kejadian yg kami alami di jalan.. Kalau ada yg tidak terima saya pribadi selaku penulis mohon maaf.. (Fadri Adhie, BMC Sumatera SM 013)
            Di Medan pagi itu, kami di jamu oleh bismania juga, tapi kali ini teman kami dari Medan Bisser yaitu Bang Suhardi Hasibuan. Beliau adalah pengurus dari bus Barumun, tau bus Barumun kan yah? Bus yang berwarna orange segar ini melayani trayek Medan-Sibuhuan- Sosa, masih AKDP juga tapi lumayan jauh. Walaupun kami berbeda komunitas Bus, tidak ada rasa canggung sama sekali diantara kami. Bang Suhardi juga yang sudah membantu kami untuk membooking kan tiket ALS untuk kami pulang nanti dari Medan ke Padang via Toba samosir. Kami sarapan di pool bus Barumun di jln Sisingamangaraja, ditraktir bang Suhardi makan nasi Kuning, abis itu jalan” liat tempat cucian bus gak jauh dari pool Barumun. 

            Menjelang siang, kami pamit sama bang Suhardi mau cari tiket bus untuk nanti malam ke Banda Aceh. Kami gak berani boking dari jauh hari karena waktu yang tidak bisa di prediksi.. Dan karena bus PPP kami terlambat 12 jam dari jadwal seharusnya, tiket bus PMTOH dari Aceh ke Medan dan tiket ALS dari Medan ke Padang di undur sehari.. Yang tadinya dapet Hot seat, jadi SHIT..
            Kami naik becak motor dari pool Barumun ke pool Pusaka, bus yang kami rencanakan untuk membawa kami ke Banda Aceh. Kalau naik angkot ribet, harus transit di perempatan sana sini, dan lumayan jauh. Mumpung duit masih banyak yaudah naik becak motor, 30rb untuk 2 orang. Masuk ke loket disambut wajah datar mbak yang jaga nya.. “Siang mbak, mau ke Banda Aceh nanti malam naik Pusaka, tapi yangggg”,  bingung mau ngomong O 500 R takut mbak nya ga ngerti.. Arif bilang “yang Skyliner mbak”.. Mbak nya bilang “Ooh yang baru ya?”.. “IYA”..
            Dapat !! Tiket bus Pusaka Skyliner Mercedez Benz OH 1836 untuk nanti malam Cuma seharga 170rb kelas Patas. Bete gak sih denger nya kelas Patas, di tempat saya tinggal OH 1836 tuh jadi primadona banget, disini kelas nya Patas dgn konfigurasi seat 8 baris tanpa Legrest. Awalnya kami mengira bakalan lega banget karena ngeliat PO di jawa ada yg OH 1836 juga tapi 9 baris udah cukup lega, apalagi ini hanya 8 baris. Nah disini kami bertemu dengan bang Budi, bismania Medan.. Bang budi menemani kami untuk jalan” di Medan, lalu makan sore di tempat pemberangkatan bus Sempati Star yang baru saja di launching bbrp waktu lalu di Jln Asrama pondok kelapa no 19-20, Medan. 

            Awesome !! saya berdecak kagum melihat tempat pemberangkatan bus Sempati Star di Medan ini. Fasilitas nya lengkap, tempatnya luas dan bersih, ada tempat makan dan nongkrong yg nyaman di atas sambil liatin bus SS yg siap untuk berangkat, Toilet yg besar dan bersih, ada shower nya juga untuk penumpang SS yang mau mandi, Musholla yg bersih dan full AC, dan ada juga kursi pijat gratis.. Menang banyak deh pokoknya untuk pelanggan Sempati Star. Terus kenapa kok saya ga naik Sempati Star aja? Udah pernah, mau cari yang belom..
            Setelah puas berjalan” di kota Medan siang itu, malam nya kami bersiap untuk berangkat ke Banda Aceh. Masih ditemani bang Budi ke pool bus Pusaka. Bus Kurnia, Anugerah, dan Pusaka tergabung dalam Kurnia Group,  pool nya jadi satu tapi tempat pemberangkatan bus nya Beda, Kurnia agak terpisah di samping (CMIIW = Correct Me If I am Wrong).. Di sana sudah banyak berkumpul rekan” dari Medan Bisser dan Aceh Bus Lovers yang meluangkan waktunya untuk bersilaturahmi dengan saya dan Arif. Lagi-lagi tidak ada kesan canggung diantara kami semua walau berbeda komunitas. Obrolan kami sama” nyambung ngomongin Bis, bertukar informasi seputar bis, dan juga berfoto bersama.. 

            Bus yang kami dambakan sudah mejeng dengah gagah siap berangkat. Begitu kami naik ke dalam bus untuk meletakkan barang, kami dikejutkan dengan aksesoris selimut dan bantal yang semuanya bergambar club sepak bola. Ada MU, Arsenal, Chelsea, Bancilona, dan Inter Merda.. Kok tim favorit gw ga ada? Mungkin AC Milan untuk bantal dan selimut di bus kelas Non Stop Super Executive.. Kenapa GAK SENANG ? Ketik sendiri Hahaha.. 

            Di bangku saya kebetulan dapat selimut Inter Milan, langsung saya tukar sama Arsenal, takut gatel-gatel.. Nah ini yang saya khawatirkan, ternyata walaupun mengusung konfigurasi seat 8 baris seat 2-2 ternyata tidak lantas membuat nyaman dan lega. Bangku nya tebel, saya kurang tahu persis apakah merk Aldilla atau Karya Logam, terlalu tebal untuk kelas Patas makanya jadi terkesan agak sempit. Pamitan sama rekan” Medan Bisser dan ABL, terima kasih sudah meluangkan waktunya ya..

Etape 3, Medan – Banda Aceh ( 5 November 2013 )
Jam 9 malam, bus berangkat. Perjalanan dari Medan ke Banda Aceh sekitar 10 jam. Bus langsung melaju sangat cepat, ini pertama kalinya saya naik OH 1836, tapi udah gak kaget karena udah pasti tenaga nya gede. Sayangnya, sang jurumudi kurang lihai memainkan pedal gas dan rem yang seenaknya saja diinjak dan dilepas, membuat tubuh kami serasa di aduk” dalam bus. Perut spontan mual parah, kepala jadi pening, tapi ga lucu banget bismania dengan jam terbang tinggi seperti saya muntah naik bis. Saya buka gadget saya, mencari koleksi foto” Dian Sastrowardoyo yang tersenyum manis, memandangnya sekejap, barulah saya bisa tertidur pulas. Zzz 

            Tengah malam saya terbangun, laju bus makin ga karuan lagi kencangnya. “Astagfirullah”, ucap saya lirih. Hidup, MATI, dan jodoh sudah Allah yang tentukan, itu yang terlintas di pikiran saya waktu itu. Saya melongok ke depan, pantas saja ternyata ada bis dengan mesin serupa di depan nya. Bantai deh pir, bebas asal sopan.. Lanjut tidur lagi.
            Matahari agak malu memancarkan sinarnya pagi itu. Kaca bus udah berembun saking dingin nya, gerimis rintik-rintik, mulai galau.. Bus memasuki wilayah Lembah Seulawah, kali ini supirnya udah aplusan karena cara bawa nya lebih halus, Syukurlah. Lembah Seulawah ini paling enak diliat, lintasan berkelok-kelok sebelum memasuki kota Banda Aceh, aspal nya mulus kaya paha personil SNSD, jalan nya lebar, aksi balap”an bus kembali terjadi disini, balapan sopan bukan balapan liar.. Terlihat bus New Pelangi Scorking Hino R260 kewalahan di Tanjakan, kami lewati dengan sopan sambil dadah dadah ke penumpang NP. Lanjut lagi di depan ada bus PMTOH Mercy OH 1626, nafasnya kalah kuat sama bus kami.. dadah dadah lagi ke penumpang PMTOH.. 

            Jam 8 pagi bus memasuki Terminal Batoh, Banda Aceh. Total perjalanan 11 jam, kalau diakumulasikan perjalanan saya naik bus dari Jakarta sampai Banda Aceh yaitu 16 + 42 + 11 = 69 jam, angkanya ga enak banget 69, bulatkan jadi 70 jam, beda 10 jam sama perjalanan saya dari Jakarta ke Bima dulu 60 jam naik bis. Lagi-lagi, kami di temani oleh rekan” dari Aceh Bus Lovers sesampainya kami di Aceh. Pagi itu kami di jemput oleh Bang Badrul dan Asep, mereka mengajak kami sarapan pagi makan lontong sayur di sebrang terminal Batoh. Menyusul 2 orang lagi Bang Eri Kuta Radja dan Bang Muhajjir (maaf agak” lupa namanya).. 
           
Etape 4, Banda Aceh – Sabang ( 6 November 2013 )
Lanjut lagi, udah 4 hari di jalan nih.. kami diantar oleh Bang Badrul dan Bang Eri ke Pelabuhan Ulee lheue untuk menuju pulau Weh, ke kota Sabang. Sayangnya di Aceh ini angkutan umum sangat jarang sekali, jadi Anda tidak ada pilihan lain selain naik Becak Motor dari terminal ke pelabuhan, nego harga aja ya.. ada 2 pilihan untuk sampai ke Sabang, Anda bisa naik kapal cepat seharga sekitar 70rb 45 menit perjalanan atau naik kapal Ferry seharga 25rb 2 jam perjalanan. Kami pilih kapal Ferry, lebih santai dan nyaman. Kapal ferry berangkat jam 11 siang, lagi-lagi kami berterima kasih banget kepada rekan” bismania di Aceh. 

2 jam berlayar, tibalah kami di Pelabuhan Balohan, Sabang. Menurut rencana yg kami buat, kami akan naik angkot ke Iboh dan istirahat di hotel sana sambil sewa motor. Tapi tariff angkotnya mahal banget, 75rb per orang untuk jarak 25 kilo yang dapat ditempuh dalam waktu 30-50 menit. Orang Sabang menyebutnya Taxi, bagi kami namanya Angkot karena mobilnya sejenis angkot di Jakarta. Nego sama angkot lain juga sama aja rate nya segitu. Ternyata eh ternyata, supir angkot itu menawarkan jasa sewa motor untuk 24 jam seharga 150rb untuk 1 motor, boncengan jadi 75rb per orang. Tanpa pikir panjang, kami iyakan untuk sewa motor sama bapak supir angkot itu. 

            Isi bensin 2 liter 15rb di pertamini. Gaaaaaas langsung ke titik 0 kilometer Indonesia. Penunjuk jalan di Sabang sudah sangat baik dan jelas. Saya dapat mencerna nya dengan mudah ketimbang suruh bawa motor sendirian di Bandung. Kondisi aspal nya mulus seperti di Aceh, kepadatan penduduknya masih sesuai dengan besar pulau nya. Saya jadi teringat waktu saya ke pulau Belitung, peradabannya tidak jauh berbeda. Arif semakin kencang meng-gas motor matic sewaan kami, perlahan tapi pasti kami semakin dekat dengan titik mula Negara Indonesia tercinta ini.  

Kami mulai memasuki hutan. Ada satu wilayah yang sangat kami takuti untuk menuju titik 0 km, yaitu kampung monyet, dimana di sepanjang jalan yang akan kita lalui tersebut berdiri monyet” di pinggir jalan, pernah liat di google ada monyet berekor pendek menghuni lintasan tersebut, bahkan ada juga saya lihat di blogger orang bahwa mereka menemukan babi hutan berdiri di pinggir jalan. Romantis banget deh pokoknya. Saya memakai jaket untuk melindungi kulit dari kemungkinan adanya monyet loncat ke motor lalu nyakar” ga jelas.. Bismillah, Arif mulai kembang kempis ngegas motor, jalan semakin mengecil, aroma tumbuh”an hutan segar tercium kuat, akar” pohon menjulur ke jalan, saya sudah bersiap mengepalkan tangan…. 


Tadaaaaaa, kami akhirnya sampai di titik nol kilometer tanpa ketemu monyet seekor pun di pinggir jalan di kampung monyet. Hari itu agak gerimis, mungkin monyetnya mikir juga kali ya mana ada orang lewat naik motor ke 0 km gerimis kaya gini. Tapi monyet” itu salah perhitungan, masih ada 2 pemuda bermental BAJA tidak kenal badai tidak kenal lelah untuk satu tujuan, MENCINTAI INDONESIA !! AYOOO “ Explore Indonesiaaaa “ !!!! 
Hanya ada 2 gerombolan turis waktu saya tiba di sana. Mereka semua naik mobil, pantes wajah nya cerah ga mikirin monyet. LAH KITA, udah 4 hari naik bis dari Jakarta, belom tidur, naik motor gendong ransel berat, eh disuruh lawan monyet, ya pucet.. Terima kasih Tuhan, lagi” Kau mempermudah setiap langkah kami demi mencintai Negeri yang indah ini. 

Disana ada tugu 0 km yang tampak kurang terawat, tapi tulisan 0 km nya masih terlihat jelas di tugu tersebut. Sayang nya, tugu ini pernah kedatangan Alayers yg mencemarkan tugu tersebut dengan menuliskan nama mereka. Nah ada spot menarik untuk foto”, tapi sedikit berbahaya bagi orang tua.. dibalik tembok yang membataskan tubuh kita dengan tepi jurang, ada beberapa batu yang bisa dijadikan pijakan untuk berdiri tinggi memandang luas Samudera Hindia di depan mata. Disitulah rasa lelah kami terbayarkan sudah. Pemandangan yang begitu menakjubkan sambil berkata sombong dalam hati, “Saya sudah di ujung Indonesia”.. 

Hari mulai sore, saatnya kami pergi ke kota Sabang untuk mencari penginapan. Kami lewat kampung monyet lagi, kali ini sudah tampak 5 ekor monyet standby di pos masing” dengan wajah sinis memandang kami. Kami bersiap untuk kemungkinan terburuk adanya monyet bantuan yang akan menyerang kami. Arif mepercepat laju motor karena jalan nya mayoritas turunan, yes selamat.. kami berhasil melalui kampung monyet tanpa harus teriak “ MONYET LO” !!
Kami menemukan hotel Kartika, di Jalan Teuku Umar No 17, letaknya persis di ujung jalan Perdagangan, lalu belok kanan dikit. Motor bisa parkir di penginapan sini. Tariff nya beragam, untuk 2 orang ada yg paling murah seharga 80rb, double bed ga ada tv dan pake kipas angin, nah rebutan deh tuh kipasnya.. kami pilih kelas 2 nya, seharga 200rb untuk 2 orang, double bed,  full AC, ada tv, dan kamar mandi dalam.. Murah lah yaaaa. 

Malam hari surganya para pecinta kuliner. Di Sabang ini ada kedai yang menjual salah satu makanan khas Sabang, yaitu Mie Jalak. Cukup berjalan kaki dari hotel kita dapat menemukan berbagai macam makanan yg dijajakan untuk wisatawan dan penduduk setempat. Kami singgah di “Kedai Kopi Pulau Baru”, tadinya saya kira itu tongkrongan bapak” minum kopi, eh gataunya isi kedai nya lagi pada makan Mie Jalak semua. Kata Teman, kedai ini pernah masuk TV karena cita rasa Mie nya yang lezat. Suasana malam itu sungguh ramai di kedai Pulau Baru, hasrat kami untuk makan mie tsb tidak terbendung lagi. Tapi yaa ga makan sambil berdiri juga kali.. BUNGKUS !! makan di hotel.. harganya relative murah Cuma 15rb seporsi. 

Tidak sampai disitu, kondisi kami yang lelah dan kelaparan membuat kami mencari asupan ekstra selain makan Mie. Mata saya tertuju ke tulisan nasi goreng dimana abangnya gak berenti” melayani pembelinya. Anehnya, itu tukang Nasi Goreng pertama yang saya lihat jualan gak pake kuali penggorengan. Abstrak ? Bisa jadi.. Ooh, ternyata nasi goreng nya udah jadi, di masukin ke dalam bakul kaya tukang nasi uduk di marih.. jadi pembeli tinggal nunjuk mau nasi goreng pake lauk yang mana, ada telor, ayam pop, ikan, dll.. dengan harga 9rb rupiah saja kami sudah mendapatkan sebungkus nasi goreng PORTUGAL, Porsi Tukang Gali.. Buanyak bangeeet !! perut kenyang Alhamdulillah tiada tara nikmatnya. Badan pegel gak karuan, baru malam ini kami nemu kasur lagi. Misi kami selesai, kami segera beristirahat karena besok siang kami langsung akan kembali ke Jakarta, dengan naik bis lagi tentunya.. 

  

Jumat, 05 April 2013

4 Negara 5 hari ( Jakarta - Batam - Singapore - Johor Bahru - Kuala Lumpur - Hat Yai )


Petualangan gw kali ini agak melenceng dari kebiasaan traveling gw yaitu “Let’s Explore Indonesia” .. awalnya bermula dari rencana sedulur” kami dari BMC Sumatra yang pengen kopdar di Luar negeri, bosen dari dulu kalo kopdar di Padang atau Bukittinggi terus. Maka tergeraklah gw dan beberapa sedulur dari BMC Sumatra untuk membuat agenda dan rincian biaya yg udah gw kondisikan. Awalnya banyak sekali minat sedulur BMC Sumatra yang antusias menyambut acara ini, sekitar 20 orang menyatakan akan siap mengikuti kopdar di Luar negeri ini. Namun naas, peserta gugur satu per satu karena jadwal yang tiba” bentrok dan tingal menyisakan 2 orang yang siap pergi, yaitu gw dan Hasrul Tanjung. So, tiket pesawat PP udah dibeli, passport udah capek” dibuat, duit di dompet udah gak karuan banyak nya, maka kami berdua tetap berangkat, melihat dunia luar yang belom pernah kami sambangi. 

Sedulur gw Hasrul Tanjung udah berada di Batam sejak 2 hari lalu. Awalnya gw punya tiket Air Asia yang sudah gw boking sejak 2 bulan lalu seharga 5 ribu dari bandung tujuan Pekanbaru. Niat nya dari Pekanbaru gw mau lanjut naik ferry tujuan batam karena kita ngumpul di Batam, begitu awalnya rencana kami semula. Namun karena banyak yg cancel, gw ditawari tiket Citilink dari sedulur gw bang Benny Atmanegara yang mendadak tidak bisa ikut. Alhamdulillah, gw gak perlu naik ferry ke Batam karena tiketnya langsung ke Batam dari Jakarta seharga 100rb.. Berangkaaaaaaatt !!

Hari Pertama ( 28 Maret 2013 )
Jadwal pesawat di pagi hari itu kadang sungguh menyiksa buat gw.  jam 11 malem gw baru selesai packing, jam 3 pagi udah harus mandi dan siap”. Sambil menuggu pagi, gw siapin 2 cangkir kopi sambil main PES biar cepet” jam 3. Dalam 1 jam kopi gw habis, dan udah main 4 pertandingan, mata udah merah banget, gak kuat lagi.. setel alarm, “ click Shut down n good night “.. zzzzz

Kriiiiiiiiiiiiingggg !!!! pas jam 3 alarm gw berdering.  Tidur 2 jam cukup lah, ntar lanjut lagi di Damri.  abis mandi langsung pamitan sama nyokap, kalo traveling jauh pasti gw pamitan, tapi kalo Cuma traveling Jakarta-Bukittinggi atau Jakarta-Denpasar mah jarang gw pamitan.. nyokap nambahin duit jajan gw 500rb dengan pecahan 50rban.. aduh maak dompet udah penuh banget ini mau taro mana lagii.. yaudah digulung aja pake karet terus selipin di kuping, Bismillah, berangkaaaaattt.. :D

Belom ada busway pagi buta gini, jalan kaki 200 meter sampe jalan raya sendirian bawa ransel kaya maling yang sukses besar ngerampok rumah orang. Setopin taksi, yang tulisannya TARIF BAWAH menuju terminal Rawamangun. Jam 4 kurang sampe terminal, oh iya Damri disini udah ada mulai jam 3 pagi. Jam 4:30 Damri berangkat menuju bandara Soetta. Gw turun di terminal 1C tempatnya maskapai Citilink berada. Langsung check in dan berharap gak ngaret lagi kaya waktu gw di Juanda dulu sampe delay 4 jam. Pas jam 6:30 pesawat berangkat menuju Hang Nadim, Batam.  

Sampe batam jam 8 pagi, gw di jemput oleh sedulur dari BMC Sumatra, Pak Taufik. Enaknya gabung di komunitas BisMania Community tuh gini, dari Aceh sampe Denpasar banyak sedulur kita yang Insya Allah siap menemani kita selama disana, salam Sejatinipun Seduluran.

Langsung jemput Hasrul yang nginep di rumah teman kita Arvan, sarapan Mie goreng batam sebentar, terus jalan” ke jembatan yang terkenal di Batam yaitu Jembatan Barelang. Selesai jalan” kita mampir sebentar ke rumah pak taufik dan berkenalan dengan keluarganya. Sungguh menyenangkan punya banyak sedulur yang ramah sama kita.. kita gak lama” di batam soalnya jam 12:45 kita udah harus naik boat ke Singapore. Cari money changer terdekat, nuker duit dari rupiah ke Dollar spore, Ringgit, dan Baht. Dompet yang tadinya tebel banget mendadak tipis kaya kurang gizi, jatoh banget nilai tukar mata uang kita terhadap asing. Jujur, dari lubuk hati gw yg paling dalam sedih banget duit yg selama ini gw tabung cuma dihargai segini sama negara lain. Hiks

Tiket boat dari Pelabuhan Sekupang Batam ke Harbourfront di Singapore seharga 30 dollar Singapore per orang untuk PP. kayanya agak sulit beli tiket untuk sekali jalan, kebanyakan tiketnya dijual PP. kami berterima kasih banget sama Pak taufik yang udah menemani kami selama di batam, bahkan tiket boat kami di bayarin sama pak taufik karena udah langganan sama orang pelabuhan.  Terima kasih banyak Pak J


Perjalanan dari batam ke spore gak lama, Cuma 40 menitan. Boat saat itu gak terlalu ramai penumpang.. 
Jam 3 waktu Singapore kami berlabuh. Kontras banget ya suasana Negara tetangga kita ini padahal jaraknya Cuma sekian mill dari Indonesia tapi peradaban nya udah jauh lebih maju. Langsung ke bagian imigrasi yang disambut dengan cukup ramah dengan pelayanan yg cukup baik, beda banget sama imigrasi di Batam. Tujuan pertama kami yaitu ke Sentosa Island, dimana bola dunia Universal Studio Singapore berada. Dari pelabuhan harbourfront kita Cuma jalan kaki aja ke mall Vivo City, naik ke lantai 3, disana kita akan naik Monorail ke Sentosa Island. Harga tiketnya 3,5 dollar untuk pp per orang. 


Gak lama kita disini, abis foto” secukupnya kita lanjut ke Merlion Park, kata orang belom ke spore kalo belom kesini, tapi gw lupa kata siapa itu yg ngomong kaya gitu. 

Gunakan aja MRT disini, anda harus pandai” membaca peta MRT, dimana harus transit, dan dimana harus turun, logika nya harus benar” jalan kalo baca peta. Hhe.. naik MRT dari harbourfront, nanti transit di Dhoby Ghaut, terus naik MRT lagi tujuan Raffles place, nah anda balik kiri setelah keluar stasiun cari aja Fullerton Hotel, di balik Fullerton Hotel itulah Merlion Park. Orang” disini kalo jalan kaki gak ada yang santai, semuanya serba terburu-buru, gw rasa betis nya pada gede" kali ya hahaha.. 

Jam 5 sore kita udah harus ke Queen street, dari sana kita akan naik bis ke Johor Bahru, Malaysia. Balik lagi ke stasiun MRT Raffles place, kali ini naik MRT ke stasiun Bugis karena Queen street itu gak jauh dari stasiun bugis. Kita ngejar waktu paling telat jam 10 udah harus tiba di Johor, karena mau lanjut naik bis terakhir ke Kuala Lumpur jam 11:30 malam. Sebenarnya bis dari Singapore yang langsung ke Kuala Lumpur ada juga, tapi karena kurs nya besar makanya kita pilih dari Malaysia yg kurs nya lebih kecil, jadi lebih murah tentunya.  

Antrian panjang menyambut kami di Queen street, berhubung besok long weekend banyak orang” yang liburan ke Malaysia. Banyak juga pekerja yang nampaknya biasanya ngekost di singapura pada pulang kampung ke Malaysia. Kami antri untuk beli tiket bis Causeway Link, oh iya disini ada 2 antrian sejajar, yang kanan naik bis Causeway Link warna kuning sekelas patas PPD,seharga 2,5 dollar, yang antrian kiri naik bis yang lebih bagus tapi gak tau tarifnya berapa. Kita pilih causeway link karena lebih murah, lagian Cuma 2 jam ke Johor. Setelah antri 1 jam lebih akhirnya kita naik bis juga. Nah ini dia yang bikin kami tersiksa, ternyata bedanya bis murah sama bis mahal disini baru berasa. pict by www.bus-and-coach-photos.com

Bis memasuki bagian imigrasi perbatasan Singapore-Malaysia, semua penumpang pada turun dan pada lari-larian. Kita bingung ngeliat orang” disini pada lari-larian buat cepet” cap passport. Dalam hati gw “ yauda sih santai aja kali “ semua juga kebagian stempel. 
Ternyata pas sampe depan imigrasi, antrian nya panjaaaaaaaaaaangg banget. Oh iya bis yang kita naikin tadi langsung berangkat ninggalin kita, tapi kita bisa naik bis belakang nanti tentunya dengan bis Causeway Link juga, cukup tunjukkan tiket aja ke keneknya. Gw mulai cemas, antrian sepanjang ini makan waktu berapa lama, keburu gak ya jam 10 di johor. 

Selesai stempel, kita balik lagi ke halte tempat bis causeway link menunggu, dan ternyata antrian nya lebih gila lagi. Kalo ikut antri gw yakin gak bakal keburu sampe di Johor jam 10 malem. Pake cara lama, langsung menuju pintu bus dengan pasang tampang pura” bingung, gw nanya ke kenek nya, “this bus to johor right ? I’ve the ticket for this bus”.  Kata keneknya, “boleh, naik saja” dengan logat Malaysia. Ah sempak gw udah canggih” pake bahasa inggris dia malah pake bahasa melayu. Ketauan banget kali ya tampang gw bukan orang jauh.. sorry ya buat yg udah capek” ngantri, kami mengerti perasaan Anda..:D

Kalo naik bis yang agak mahal, penumpang nya ditunggin sama bis nya sampe semua penumpang selesai stempel, gak ditinggalin kaya bis yg gw naikin dan nanti naik bis belakang secara ngantri. Alhamdulillah semua proses imigrasi berjalan lancar sampe gw masuk Malaysia, semua petugas nya ramah dan pelayanan nya baik, isu” yang namanya mengandung nama islami bakal diperiksa secara ketat ternyata tidak terbukti, gw lancar” aja masuk kemana-mana, padahal passport gw ada nama “Muhammad” nya tuh. 

Jam 10 lebih kami sampe di terminal bus Larkin, Johor Bahru, Malaysia. Suasana malam itu terlihat rame banget, Ratusan bis berwarna terang dengan engine yang jarang ada di Indonesia terparkir rapi.  Kami menghindari calo, langsung menuju agen bus yg menurut kami cukup bagus. Apes nya, bus yg kami pengen naikin sold out, banyak juga PO lain yang udah sold out, dan harganya jauh lebih mahal daripada hari” biasa. Kalo hari” biasa tiket bus nya Cuma 30-35 RM, sekarang naik menjadi 50 RM karena long weekend. Kalo di analogikan dengan bis” di Indonesia sih sebenarnya masih masuk akal, sebagai contoh bis Jakarta-Kudus kalo hari biasa 130rb, tapi kalo long weekend begini naik jadi 180rb, selisih 50rb. Sama juga dengan disini, selisihnya 15 RM x Rp. 3170 = Rp. 47.000an. jadi wajar aja kalo harganya segitu. 

Akhirnya kita dapet bis Transtar Pacific Expres seharga 50 RM kelas Super Executive seat 2-1.  Kalo bis seat 2-2 malam itu 45 RM, cuma beda 5 RM mending SE aja sekalian. Yee kan ?  




     ini interior nya.. 

Hari kedua ( 29 Maret 2013)
Jam 12 malam bis terakhir tujuan Kuala Lumpur, betis kami keras banget  gara” jalan sana sini tadi dari tempat wisata di Singapore sampe lari”an di imigrasi. Baju udah basah keringetan, pundak pegel banget seharian gendong ransel, capek nya full, kami tertidur pulas selama 4 jam sampai tiba di terminal Puduraya, Kuala Lumpur. 


Kami terbangun sedikit kaget karena keneknya teriak” kalo bis udah sampe.  Bis tidak masuk ke terminal, tapi berhenti di perempatan di seberang terminal. Bis” yang lain juga pada berhenti disitu, kami turun dan langsung cari masjid. Baru betis kendor dikit, kita udah capek”an lagi muter” cari masjid. Hasilnya nihil, gak ada masjid dekat terminal. Akhirnya kami nongkrong  di depan terminal bareng ratusan wisatawan yang entah pada mau kemana. Terminal nya belom buka, 2 jam kami bengong depan terminal gak ngapa”in. punya HP tapi berasa ga punya, gak bisa di apa”in, mau beli sim card tapi belom ada yg buka juga, wifi juga gak ada, pas sudah kami 2 jam mati gaya. 

Jam 6, lampu terminal mulai dihidupkan. Kami masuk ke dalam terminal yang lebih tampak seperti mall daripada terminal. Naik escalator ke lantai 1, bingung karena disini gak ada agen bis. Naik lagi ke lantai 2 barulah kita nemu agen bis antar kota dan antar Negara. Ternyata masjid yang kami cari-cari ada di lantai paling atas terminal, Alhamdulillah bisa bersih” sekalian sholat subuh. Selesai sholat, kami rebahan sebentar, niatnya sih sebentar tapi kami malah tidur pules. Jam 7:30 kami terbangun, masjid nya mau di tutup jadi kami harus pergi. Langsung ke agen bis di bawah, seperti biasa kami di hadang banyak calo. Muka tembok aja, cari agen bis yg ada tulisan nya kemana tujuan kita. Tujuan kami berikutnya adalah Hat Yai, Thailand. Kami pergi ke loket bus Ekspres Kesatuan, bis pertama tujuan Hat Yai kami pilih yaitu jam 9:30 pagi. Harga tiketnya 50 RM dengan waktu tempuh 9 jam. Beda banget dengan bis kami semalam dari Johor ke KL dengan tariff 50 RM tapi waktu tempuh Cuma 4 jam.  

Terminalnya unik, di tiket sudah tertera platform tempat bus tersebut parkir menunggu penumpang. Seperti di bandara, ada gate 1 gate 2 dst, disini pake platform 1-18 dimana setiap platformnya disediakan escalator menuju basement. Nah di basement itulah terminal bis Puduraya. Jadi bentuk terminal nya cukup unik, dari luar Nampak seperti mall, kita naik escalator menuju lantai 1 dari depan gedung. Di lantai 1 itulah tempat platform berada dengan escalator nya menuju basement tempat bis menunggu. Di lantai 2 tempat pemesanan tiket bus dan travel, dan di lantai 3 ada masjid dan toilet. Tersedia banyak sekali ruang tunggu dan aneka makanan buat sarapan sambil nunggu bis berangkat. 

Jam 9 kami turun melalui platform 11, bis Ekspres Kesatuan yg akan mengantar kami ke Hatyai sudah standby dibawah. Sedikit kaget liat tampak body luar bus yang terkesan agak lusuh, modelnya sih seperti Irizar tapi rombakan mana tau. Kami naik ke atas bus, hmm lumayan lah masih ketolong sama kursi bus nya yang empuk banget buat tidur. Saya gak bisa nebak bis ini bermesin apa, diliat dari dashboard nya yg cukup aneh tanpa logo mesin bus. 



Dari suara mesinnya terdengar cempreng seperti dongfeng, tidak ada suspensi udara, tapi empuk seperti Mercy 1521 saat jalan. Mungkin ini Mitsubishi mesin belakang yang di ceritakan pak taufik. Tepat jam 10 bis berangkat menuju Hatyai, penumpang cukup banyak dengan mayoritas bule. Ada juga waria 3 orang yang awalnya kami kira wanita, asli dandanannya cewe banget tapi badan nya laki banget. Nyaris aja mau gw modusin ckck.. 


Rute bis yang kami naiki yaitu Kuala Lumpur – Ipoh – Kedah (Alor) – Hatyai. Tidak semua penumpang tujuan Hatyai, beberapa ada yang turun di Ipoh dan Kedah. Sepanjang jalan yg kami lalui mayoritas jalan tol lintas kota, cukup membosankan.. kami tertidur agak lama karena bangkunya kelewat empuk seperti duduk diatas kapas. Terbangun saat bus masuk di terminal Ipoh, beberapa penumpang ada yang turun untuk transit ke tujuan lainnya. Gak lama disini, bis jalan lagi menuju kedah. Sesaat sebelum masuk Negara Thailand bis mampir ke rumah makan sekalian ambil white card untuk pengisian di imigrasi nanti. Bingung disini mau makan apa nggak soalnya ragu sama makanan nya yang gak jelas, gak ada tulisan halal nya dan bahasa nya sama sekali gak ngerti. Nahan laper aja lah, CUMA 4 jam lagi sampe Hatyai kata keneknya. 

Jam 5 sore waktu Malaysia bis memasuki perbatasan Malaysia dan Thailand. Kami stempel imigrasi di Malaysia utara dan setelah itu memasuki imigrasi Thailand. Biksu-biksu kecil terlihat di perbatasan Thailand dengan jalan beriringan sambil nenteng passport, asli pemandangan awal nya udah berasa Thailand banget. 

Sayang nya gak boleh foto” di setiap kantor imigrasi, padahal moment nya bagus nih. Proses imigrasi selesai, kami kembali ke Bis yang udah standby untuk melanjutkan perjalanan ke Hatyai. Dari kantor imigrasi (perbatasan selatan) Thailand sampe ke Hatyai Cuma 2-3 jam, gw berusaha menikmati Negara Thailand sambil cengar cengir sendirian diatas bis, gak nyangka gw bisa traveling sampai sejauh ini. Alhamdulillah, mumpung masih muda, masih ada waktu, dan Alhamdulillah ada rejeki, belom kerja, belom berumahtangga, manfaatin banget deh waktu yang kita punya. Masa muda itu jangan Cuma pacaraaaaaaan mulu, bosen.  Putusin aja pacar lo sekarang, Let’s Traveling !!! :D 

Pas jam 7 malem, bis sampe di Hatyai. Nah disini banyak tukang ojek yang nyamperin wisatawan setelah turun dari bis yang ternyata juga jadi calo tiket bis atau travel sekaligus calo Hotel. Gw dan Hasrul di pepet 2 tukang ojek yang dengan bahasa melayu belepotan dia menawarkan hotel, paket wisata, sampe” tiket bis ke Kuala Lumpur juga dia tawarin. Pertama, dia bilang hotel dekat bis kita turun ini udah pada penuh, dan dia nawarin ada hotel yang entah dimana lokasinya seharga 800 baht untuk 2 orang. Kedua, dia nawarin tiket bis buat kami balik lagi ke Kuala Lumpur dengan harga 600 baht per orang. Awalnya kami hampir nerima tawaran itu orang karena kalo di rupiahin gak mahal” banget. Tapi sorry to say nih, gw tour leader bis pariwisata kali jadi harga yang rasional nya gw juga tau. Dan tukang ojek ini ngambil untungnya kelewat batas sama turis asing. Eh iya yg cari bis Pariwisata di Jabodetabek bisa kontak gw ya :)

 Kami tolak tawaran tukang ojek tadi, kami beralibi mau cari makan dulu sekalian sholat maghrib. Dia masih aja buntutuin kita dari samping. Saat itu gw berharap banget ada truck Scania R730 dengan rem blong trus nabrak tuh tukang ojek. Bangs*t !! 

Kami muter” kota hatyai dengan muka tembok, ntar juga cape sendiri itu tukang ojek. Pas banget, kami nemu agen bus KKKL yang harusnya kita naikin dari Johor kemarin tapi udah keburu penuh. Tukang ojeknya mencegah kami ke agen bis itu dan dia lagi” bilang kalo bis itu udah penuh. Dia menyarankan kami naik bus Alisan, oooh ternyata elu calo nya bus Alisan toh. Kami tetap masuk ke perwakilan bus KKKL , karena bis nya bagus” sepanjang kami lihat di jalan kemarin. Kami beli tiket untuk besok malam, dan ternyata pas banget sisa 2 kursi lagi buat kita. Oh iya harga tiket nya 400 baht, beda 200 baht sama tariff yang ditawarkan tukang ojek tadi.  


Abis beli tiket, kami mau cari makan dulu baru cari hotel. Biar nanti kalo udah dapet hotel kita udah kenyang dan langsung tidur gak keluar cari makan lagi. Kami menemukan warung makan Rocky Muslim, gak jauh dari perwakilan bus KKKL tadi. 
Dari kemaren gw penasaran banget mau makan Tom Yam, tapi yang halal. Nah pas banget nih disini ada menu Tom Yam udang, cus kita makan. Memang, yang namanya lidah emang susah banget buat beradaptasi sama masakan asing. Aroma nya sih enak, tapi pas dimakan aroma khas bawang Thailand nya nyengat banget di hidung gw, aduh matilah ambo ternyata ambo ndak basalero sama menu Thailand. Si Hasrul pesen nasi goreng, dan nasi goreng itu emang menu Internasional banget deh buat gw, enak” aja mau dimana juga. Kami makan berdua dikenakan tariff 160 baht, sekitar 24 ribu rupiah per orang nya. Kami nanya sama si empunya rumah makan letak masjid terdekat, tapi kata ibu nya jauh banget. “Yaudah kalian sholat aja di atas, ambil wudhu di sebelah dapur sana”, kata ibu tsb dengan bahasa melayu. Alhamdulillah, gak perlu jauh” ke masjid.. 

Abis sholat, kami pamitan sama ibu tadi. Kita ditanya” sama dia, “asal kalian dari mane, nak pegi kemane?”.. “kite dari Indonesie makcik, nak pegi main saje di sini, nak cari hotel untuk tidu”.. jawab kami.. “oh kalian pergi aja ke dekat plaza di sebrang jalan sana, disitu banyak hotel bagus dan murah”.. kata makcick ngasih petunjuk.. “oke makcik, tarimo kasih banyak makcik, kita orang pegi dulu makcik”.. kita jalan kaki lagi menelusuri pertokoan Hatyai city, sesekali kami menemukan tempat prostitusi yang cukup menggoda. Namun Iman kami tetap kuat, berpegang teguh pada ajaran Rasulullah SAW serta beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Alhamdulillah :D 

Nah, bener juga tuh makcik, kita nemu hotel bagus dengan harga murah. Nama hotelnya Hatyai Indra Hotel, gak jauh dari plaza Hatyai. Receptionis nya tidak asing bagi kami, ketebak banget kalo dia ini orang Indonesia, perawakannya asli Javanesse. Kita test pake bahasa inggris, dan dia jawab dengan sangat kaku sekali. Kita pake bahasa melayu, dia juga jawab dengan kaku. Berhubung muka gw agak Chinese dikit jadi dia gak tau kalo gw orang Indonesia, nah pas kita diminta passport baru deh keliatan ekspresi wajah dia liat passport kita yg sedikit kaget sambil tersenyum kecil. Good job mbak, kaulah pahlawan devisa Negara kami. Semangat terus kerjanya yaa Hotel kami dapat seharga 550 baht untuk berdua,full AC, double bed, toilet di dalam tapi non wifi, Biarin deh toh Cuma buat tidur sebentar doang.  Tukang ojek tadi ngasih harga hotel ke kita 800 baht untuk berdua.. kalo digabung sama tiket bis dia udah untung 400 baht plus hotel 250 baht, jadi dia dapet 650 baht dari kami seandainya kita terima tawaran tadi. 

Hari ketiga ( 30 maret 2013)
Kami bangun agak siang, baru 3 hari tapi badan udah berasa pegel banget. Jam 10 kami keluar hotel cari makan, tentunya di warung muslim. Kami coba di warung muslim sulaiman, kali ini lebih milih lauk prasmanan daripada harus makan makanan khas Thailand lagi. Rata” harga makanan muslim disini 160 baht untuk berdua, lumayan lah gak terlalu mahal. Abis makan kami ke plaza hatyai, disana ada tuk tuk (sejenis bemo Daihatsu Hijet) yang bisa kita sewa untuk jalan-jalan.  
Di Tuk-tuk itu sudah ada gambar tempat” wisata di Hatyai, jadi kita tinggal nunjuk gambar doang sambil nego harga. 
Kami sewa untuk wisata ke daerah Songkhla (kalo ga salah), disana ada patung buda dan patung dewi kwan in. ga perlu jauh” dari hotel soalnya ntar sore kita harus check out, dan yang penting  udah foto yg ada khas Thailand nya..


kami sewa tuk tuk seharga 500 baht untuk 2 orang, dan dalam waktu 2 jam saja kita udah bisa berwisata sampai kembali lagi ke plaza. Matahari siang itu terik luar biasa, kami tidak lama-lama disini, langsung kembali ke tuktuk dan segera pulang.  

Jam 5 kita check out dari hotel, kita akan balik lagi ke Kuala Lumpur naik bis KKKL yang udah diboking kemarin. Bis akan berangkat jam 7 malam, kita keliling lagi niatnya sih mau beli oleh-oleh, tapi ga ada yang menarik, cuma baju” sablonan biasa yang juga bisa di bikin di Bandung. Duit kami sisa 270 baht,  mau makan di mall tapi kurang 10 baht doang, akhirnya balik lagi ke warung muslim yang tarifnya ga jauh dari 160 baht. 

Jam 6 kita udah standby di perwakilan bus KKKL. Dan ternyata harapan gw untuk naik bis Highdeck terkabul juga, Bis KKKL dengan engine Scania (ada yg bilang K420 ada yg bilang K124 360 HP) Highdeck tiba” datang dengan sangat elegan menjemput penumpang. Alhamdulillah, kalo mau seneng emang harus susah dulu, berangkat dapet bis jelek pulang nya dapet bis kelewat bagus, maklum ya saya ini seneng banget naik Bis (Bismania). Gw gak akan tidur naik bis sebagus ini, sama kaya dulu naik bis” bagus di Makassar, sayang kalo di lewatkan moment nya. Sepanjang jalan bis setinggi ini sama sekali tidak limbung padahal memakai suspensi udara, berlari dengan kecepatan rata” 110 kpj melewati puluhan bis berengine Man, Mercedes Benz, Hino RK, Nissan Diesel, dsb.. ngeblong terus piir 

Hari keempat (31 Maret 2013)
Bis sampe di terminal Puduraya Kuala Lumpur jam 5 pagi. Terminal belom buka, kami ke toilet sebentar untuk bersih". NAH, di toilet ini gw dipalak sama orang Malaysia (tertulis “AKSI KESELAMATAN” di Rompi yg dia pake, semacam polisi), dia minta duit sama gw 5 ringgit. Hahahahahah polisi gatau malu, bukannya mengayomi masyarakat malah malak wisatawan. “Masih mending” polisi di bali kemaren meres wisatawan tapi masih pake alibi nilang bule gapake helm, lah ini minta terang”an tanpa sebab. Gw ngomong aja pake bahasa Padang kalo gw ga punya ringgit, punya nya Baht karena gw abis dari Thailand, dia Cuma bengong ga ngerti bahasa gw, lalu gw pergi meninggalkan manusia tidak tahu malu itu. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA


Langsung ke masjid di lantai 3 terminal sambil tiduran sebentar sampe jam 8. Abis itu cari hotel yang masih sekitaran terminal puduraya juga. Disini banyak banget hotel backpacker, kami pilih red dragon hotel seharga 60 RM untuk 2 orang dengan fasilitas single bed tapi besar, full AC walaupun angin doang yang berasa, toilet luar, tapi wifi nya luar biasa kenceng, nonton youtube 1 jam gak pake buffer dari hp. Oh iya kami ketemu cewek asal Palembang di halte bus GO KL, namanya Ainun. Dia sering traveling sendirian, asli yang kaya begini nih cewe idaman gw.. ehm #kode :D 
Kami jalan” keliling KL naik shuttle bus GO KL, Free tanpa dipungut biaya. Tujuan pertama kami yaitu ke pasar seni, beli oleh-oleh sama beli colokan listrik buat ngecharge hp. Lanjut ke twin tower petronas masih pake GO KL, tapi kita turun di halte bukit bintang, nanti nyambung naik monorail tujuan KLCC, trus transit dan nyambung naik MRT ke arah twin tower. Pandai” baca peta aja ya, gak susah kok rutenya, malah banyak bule yang nyasar naik monorail gara” salah baca peta.. 

Abis dari twin tower, kita pulang naik MRT tujuan masjid jamek, nanti tinggal jalan kaki ke arah terminal puduraya. Oh iya, jangan lupa cobain nasi lemak depan Kota Raya, banyak pilihan menu nya rasanya juga enak, dan yg paling penting harganya Murah Cuma 6 ringgit sekali makan. 



Hari kelima ( 1 April 2013)
Malam ini kita pulang ke Jakarta. Udah 5 hari traveling di beberapa Negara membuat kami sadar bahwa Indonesia tetap lebih baik daripada Negara” tetangga ini. Okelah mereka lebih maju dalam peradaban nya, akan tetapi kekayaan yang dimiliki Negara kami jauh lebih berharga yang tidak ternilai harganya, sampai” ada Negara tetangga yang mengakui budaya kami menjadi budaya mereka, sungguh tidak tahu malu. Luasnya wilayah Negara kami mengandung beraneka ragam bahasa, adat istiadat, tradisi, cita rasa kuliner yang khas di setiap wilayah, dan juga kepercayaan yang beraneka ragam, tapi kami tetap satu Bangsa Indonesia.. Pokoknya I love Indonesia, let’s explore Indonesiaaaaaaaaa.. 

Jam 12 siang kami check out dari hotel, terus makan nasi lemak di depan kota raya. Untungnya di sini ada shuttle bus yang mengantar para wisatawan ke bandara KLIA maupun bandara LCCT. Anda jalan saja ke depan menara/gedung  Maybank, disitu lah bus Star Shuttle menunggu. Tarifnya 12 RM sampai ke bandara LCCT dengan waktu tempuh 70 menit. Lumayan nyobain bis yg ga ada di Indonesia, Nissan diesel mesin belakang dengan leaf spring yg cukup empuk.
Jam 7 malem pesawat Air Asia dengan kode AK 1388 lepas landas membawa kami menuju Jakarta. 2 jam kemudian kami sudah landing di Soetta Airport. Saat kami memasuki imigrasi, tidak ada satupun senyuman yang keluar dari para petugas imigrasi kepada kami para wisatawan, atau memang budaya kerja nya yang harus tegas seperti itu terhadap orang asing ya?. Raut wajah yang cemberut, bahkan ada yang menopang dagu dengan rasa malas. Aduh mas, malu sama turis yang masuk ke sini, kesannya orang Indonesia itu malas bekerja..
 Nah, selesai sudah petualangan kami di negeri orang, banyak hal yang gw pelajari selama disana dan semoga saja bermanfaat di kehidupan gw kelak. Dalam traveling kali ini saya berterima kasih kepada :
1.       Allah SWT yang senantiasa melindungi kami selama di sana
2.       Bang Shohipuddin Ochip atas “Supportnya” kepada kami
3.       Pak Achmad Taufik beserta keluarga dan juga Arvan yang sudah menemani kami selama di batam
4.       Warga Negara Singapore, Malaysia, dan Thailand yg memberikan petunjuk selama disana
5.       Citilink atas tiket promonya & Bang Benny Atmanegara atas tiket Citilink cancelannya nya
6.       Air Asia yang selalu on time, biar murah tapi gak pernah delay
7.       Temen” semua atas support dan doanya
8
Akhir kata, mohon maaf kalo ada salah kata selama penulisan diatas, 
Tetap pegang prinsip kita, “ Jangan sampai kuliah mengganggu hobi kita, dan tetap Explore Indonesia” !!!


Fadri Adhie
Adhiegraphy@yahoo.com