Petualangan saya kali ini
berlanjut di Pulau Sulawesi, tepatnya di Provinsi Sulawesi Selatan di kota
Makassar dan Kabupaten Tana Toraja. Sejak dulu saya ingin sekali menginjakkan
kaki di Pulau nun jauh dari hingar bingar kota Jakarta tempat saya tinggal. 5
hari sebelum berangkat, saya sempat berjuang melawan penyakit tipes yang entah
darimana asalnya tiba” datang dan hampir membuat asa saya untuk travelling di
Toraja musnah. Tiket pesawat pp yang
sudah saya beli susah payah sejak 2 bulan lalu nyaris lenyap seiring penyakit
tipes yang saya derita. Setelah malam itu periksa ke mas dokter, saya positif
dinyatakan tipes dan kemungkinan di rawat. Astagfirullah, masa iya batal sih..
dengan cara apapun saya harus sembuh, saya meminta kepada mas dokter untuk
memberikan obat paling ampuh agar bisa cepat sembuh. Mahal sedikit gak papa daripada
harus dirawat. Akhirnya mas dokter memberikan saya obat racikan yang handal dan
dapat menaikkan trombosit saya yang sempat turun di bawah standar normal. 2
hari saya full istirahat tidak turun dari tempat tidur, memaksa untuk makan
sebanyak mungkin walaupun mulut terasa pahit, jauh lebih pahiiiiiiit daripada masa
lalu saya.. J
Hari Pertama (30 Januari 2013)
Alhamdulillah, kondisi fisik
semakin membaik. 80% saya siap untuk Travelling kali ini. Hari ini tanggal 30
Januari 2013, dimana saya akan memulai long trip
Jakarta-Yogyakarta-Surabaya-Makassar-Tana Toraja-Jakarta. Saya sudah beli tiket
pesawat Citilink untuk flight dari bandara Juanda, Surabaya. Sembari menuju
kota Surabaya, saya sengaja singgah ke Jogja karena mau nyoba naik bis Rosalia
Indah Super Executive yang selama jadi Bismania belum pernah naik bis tsb. Sore itu, saya dan beberapa sedulur BMC sudah
memadati tongkrongan BMC di terminal Rawamangun, Soto Ayam Mas Mulyani. Saya
berangkat tepat pukul 6 sore, armada Rosalia Indah Super Executive nomor
lambung 359 dengan engine Mercedez Benz OH 1518 dibalut karoseri Laksana Legacy
Sky siap mengantar saya melintasi jalur pantura, lalu turun ke selatan via
ajibarang. Badan belum fit betul, saya perbanyak tidur selama dalam bis agar
bisa fit keesokan harinya. Malam itu jam 10, bis memasuki rumah makan Rosalia
Indah di Indramayu. Bis kelas SE parkirnya di depan sendiri sedangkan bis kelas
Exe dan Bisnis parkir agak dibelakang. Menu prasmanan nya menurut saya cukup
standar, Nasi putih, sayur sop, ikan tongkol, + mie goreng rasa karet. Yang
beda Cuma minuman nya dianter sama mbak” pelayan. “Mas nya mau minum apa ? teh
hangat atau es teh manis?”.. si mbak nya
udah nenteng nampan yang berisi teh anget dan es teh manis.
Hari Kedua (31 Januari 2013)
Sehabis makan, saya kembali
tertidur pulas. Dini hari saya terbangun, bus sudah memasuki wilayah kebumen
untuk istirahat. Salut untuk bus Rosalia Indah, selalu punya tempat sendiri
untuk istirahat maupun pool di daerah mana saja. Disini saya tidak makan dan
tidak minum, pagi buta begini paling males ngunyah. Saya Cuma muter” area untuk
lihat bus yang perpal dan storing. Gak lama disini bus kembali berangkat.
Sebentar lagi masuk Jogja, saya lanjut tidur lagi. Jam 7 pagi bus sudah
memasuki DIY, saya yang sebelumnya minta diturunkan di terminal jombor harus
kebablasan sampai daerah Prambanan. Sang kondektur lupa kalo saya sudah pesan
turun di jombor. “Bus dari jakarta tidak masuk terminal jombor mas, kalau dari
arah timur ke barat baru masuk jombor, saya minta maaf ya mas saya lupa”, ucap
sang kondektur..
Hadooooh, bikin kerjaan gw aja
nih kondektur. Akhirnya saya turun di Prambanan karena bus akan lanjut ke Solo.
Saya yang sebelumnya sudah janjian dengan sedulur saya Bayu Maradhani untuk
dijemput di Jombor akhirnya meminta dijemput di Prambanan. Sory ya mas bay gw
ngerepotin mulu kalo ke Jogja. Gak lama menunggu, bayu datang menjemput. Oh
iya, saya juga sudah ditunggu mas Aswin sedulur saya dari BMC Jatimers. Dia
sedang buang stress datang ke Jogja dari Malang. Saya dan bayu segera ke terminal
giwangan karena mas aswin menunggu disana.
Sampai di terminal giwangan kami bertiga ngobrol” sekedar seputar bis
yang ad di giwangan. Sambil menunggu malam untuk berangkat ke Surabaya, saya
dan mas aswin muter” gak jelas naik trans jogja. Sementara bayu kembali ke
rumah karena ada urusan.. saya dan mas
aswin bingung mau kemana dan turun dimana naik trans jogja, kami berdua sama”
awam untuk jalan” di kota jogja. Akhirnya kami makan soto ayam di jalan
Mangkubumi dekat Malioboro. Selesai makan kami pergi ke parkiran Bus Abu bakar
ali sambil ngadem dan liat” bis pariwisata. Tapi Naas, suasana parkiran sangat
lengang sekali. Akhirnya kami ke rumah bayu untuk isitrahat menunggu
malam. Naik taksi kena 40rb dari Malioboro
ke Monjali. Padahal deket tapi karena nyasar jadi mahal..
Malam pun tiba, saya dan mas
aswin pamitan sama bayu karena mau ke Surabaya. Kami berdua naik trans jogja
lagi menuju terminal giwangan. Sampai di terminal kami menunggu Bus Eka Cepat,
bus yang sudah sejak lama saya idam”kan untuk dinaiki. Jam 9 kami berangkat
dengan bus Eka dengan engine Hino R260 dibalut karoseri Morodadi Prima,
tiketnya 68rb. Akhirnya kesampean juga naik bis ini, nama bus nya mengingatkan
saya dengan mantan saya, yes galau sampe Surabaya..
Hari ketiga ( 1 Februari 2013)
Bus berhenti di Rumah makan Duta
di daerah Ngawi pada dini hari. Tiket bus sudah termasuk makan yang menunya
terdapat di kupon makan yang diberikan kondektur saat di bis tadi. Saya pesan
soto ayam dan teh anget. Soto nya hambar, untung teh nya manis..
Jam 4 lewat 30 menit bis sampe di
terminal (Purabaya) Bungurasih, Surabaya. Saya dan mas aswin berpisah, saya ke
bandara sedangkan mas aswin ke Malang. Saya ganti baju dan cuci muka dulu
disini, malu nanti diliat sama tante” di bandara yang pada kece-kece.. yes, udah ganti baju, udah pake minyak wangi
sebagai penunda mandi, udah ganteng deh pokoknya, saya siap flight ke Makassar
dengan semangat yang menggebu-gebu. Naik
Damri dari bungur ke Bandara Juanda 15rb dengan waktu tempuh 30 menit. Sampai bandara pukul 5.30 wib, cek di jadwal
kode penerbangan QG 610 sudah harus check in. Alhamdulillah tepat waktu dan
sejauh ini berjalan lancar, gumam saya.. langsung check in dan menuju gate
7. Masih 40 menit lagi sebelum berangkat yang di jadwalkan pukul 6.25 wib.
Duduk manis sambil mikirin schedule di Makassar nanti. Nyampe Makassar sekitar
jam 9, trus langsung naik bis pagi yang berangkat ke Tana Toraja jam 10. Yes,
bulat sudah niat saya untuk langsung ke Toraja dengan bis pagi dengan alasan
bisa lihat pemandangan dan lintas Makassar-Toraja yang kabarnya sangat indah.
15 menit menjelang keberangkatan
terdengar pengumuman, “ penerbaangan Citilink dengan kode QG 610 delay dan akan
diberangkatkan pada pukul 10 wib”.. ANJ*******NG!!!!! Delay hampir 4 jam dan
dikasih kompensasi berupa makanan ..
ketampanan saya luntur seketika, rencana untuk langsung ke Toraja jam 10
nanti harus ditelan bulat-bulat. Saya tidak mengambil jatah makan saya karena
percuma udah ngerusak mood travelling saya. Bikin schedule baru, browsing lagi
cari” info barangkali ada bis ke Toraja jam 1 siang.. hasilnya nihil, saya
harus menginap dulu semalam di Makassar.
Huft !! buat anda yang mau ke Toraja malam hari ada kok bus berangkat
jam 9 malam dari Makassar.
Jam 10 lihat di jadwal ada
pesawat Citilink ke Makassar tapi dengan kode QG 612, ini trip 2 ke Makassar
kayanya karena saya QG 610. Tanya ke petugas ternyata saya betul naik pesawat
ini. Trip 1 digabung sama trip 2 gitu ? hmm entahlah saya ga ngerti cara main
pesawat, ngertinya BIS doang. Dengan
langkah gontai saya naik ke pesawat, yaudalah yang penting tetep berangkat, toh
saya juga ke Makassar Cuma buat main” doang. Duduk di kursi paling depan, seat
1A karena saya mau selonjoran. Total penumpang 121 orang dan tidak ada yang
terlambat.. YAIYALAH udah delay 4 jam masa pake telat juga..
Gak sampe 2 jam pesawat siap mendarat
di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. Pemandangan dari atas
pesawat cukup bagus menjelang mendarat, Nampak pulau” kecil bertaburan di
sekitar Pulau Sulawesi. Dan saya pun mendarat dengan mulus di Bandara Sultan
Hasanuddin. Wow megah sekali bandara ini, saya sempat kebingungan nyari jalan
keluar, ternyata turun ke lantai bawah.. di luar sana sudah terlihat puluhan
orang yang akan menyambut saya di Makassar, ya mereka adalah supir taxi,
travel, tukang ojek, dan lain sebagainya..
dengan wajah stay cool saya berjalan lurus ke arah ticketing Damri yang
akan membawa saya ke kota Makassar.
Bayar 20rb dari bandara sampai ke kota
Makassar. Tersedia pula shuttle bus gratis sampai ke luar bandara. Agenda saya
yang tadinya mau langsung ke Toraja jadi cari penginapan. Waktu menunjukkan
pukul 1 wita, saya dapet info kalo ada penginapan murah di jalan Jampea, dan
tidak jauh dari pantai Losari. Saya Tanya ke supir Damri, “pak, lewat jalan
Jampea gak “? “lewat mas, nanti jalan sedikit dari halte damri terakhir”.. oke
sip
Sampai di Halte damri terakhir,
“jalan sedikit 50 meter kedepan, nanti ada gang sebelah kiri, disitulah jalan
jampea mas”, kata supir Damri dengan ramah menjelaskan. Saya jalan santai
mengikuti petunjuk supir damri tadi, dan benar saja saya menemukan jalan
jampea. Masuk ke dalam dan cari pnginapan murah seperti yg saya dapatkan
infonya dari hasil blogging. Tapi saya tidak menemukan wisma yang dimaksud,
yang terlihat hanya ada hotel mewah dan satu wisma, namanya Wisma Jampea.
Karena udah capek ga nemu wisma yang sesuai info yg saya dapat, saya coba Tanya
ke wisma Jampea.. tariff termurah nya Rp.135rb, fasilitasnya Ac,tv,sarapan
pagi, tapi toilet diluar. Agak berat hati juga mau nginep disini, soalnya info
yg saya dapet deket sini ada wisma ala backpacker 70rb semalam. Berhubung hari
semakin sore dan badan kurang fit akhirnya saya putuskan nginap di wisma
Jampea. Penjaga nya ramah banget, yaiyalah kalo galak siapa juga yang mau..
Istrahat sebentar, terus mandi
soalnya mau main ke Pantai Losari sekalian cari makan siang. Udah jam 3 sore
juga sih jadi di gabung aja makan siang sama malam disini. Naik becak dari
jalan jampea ke Pantai Losari, bayar 10rb, waktu tempuh 15 menit. Pantai Losari
belum terlihat ramai, sambil nunggu ramai saya kulineran khas Makassar yaitu
Pisang epe. Pisang yang sudah diselipkan coklat dan keju di dalamnya dibuat
agak lebar trus dibakar, setelah itu dicampur semacam selai khas Makassar. Asli
enak, 3 potong pisang epe ditukar dengan uang 7rb rupiah.
Jam 4an saya coba balik lagi ke
Pantai Losari, saya nongkrong sendirian sambil nyari wisatawan yang juga
melancong sendirian ke sini. Mata saya tertuju pada satu wanita, sedikit lebih
tua daripada saya. Dia berjalan sendirian sambil megang BB untuk foto” disini.
Naluri Pria jantan saya keluar, segera saya hampiri kakak perempuan tersebut.
“Kak, boleh tolong fotoin saya disini gak” ? saya memulai percakapan. “boleh
banget, tapi ntar gantian yah “? Kata kakak tsb.. Yes, modus berhasil, sudah
saya duga dia juga minta di foto disini. J
Kami berjabat tangan, saling
bertanya bertukar nama. Namanya Kak dhidie, dia berasal dari Bandung yang
sedang ditugaskan bekerja di PLN di kota Makassar di bagian SDM. Orang nya
supel dan tidak canggung dengan saya, hmm I like this women.. sekejap kami
sudah seperti sahabat, pergi ke sana sini untuk foto di tempat” yang menarik.
Puas foto” kak Dhidie mengajak saya untuk makan seafood di pinggir pantai, dari
aroma ajakannya sih kayanya gw bakal dibayarin nih.. hahaha
Saya dan kak Dhidie pesen cumi
saus Makassar, ternyata selera kita sama yah sama” suka cumi. Atau
jangan-jangan kitaaaa,, plaaaaakkk !! Ngelamun aja sore-sore lo.. pesenan udah datang, kita makan sambil
ngobrol” lebih dalam lagi di pinggir pantai Losari sambil menikmati sunset..
ooowh so sweet J.
Selesai makan, kita nyewa perahu buat muter” di seputaran pantai losari. Karena
tadi kak dhidie udah bayarin saya makan, sekarang gantian saya yang bayarin kak
dhidie naik perahu. Asli kak Dhidie ini
orangnya asik banget. Senja berganti malam, tak terasa 4 jam kita lalui bersama
di Pantai Losari ini. Kita berpamitan, berjabat tangan lagi tanda berpisah ,
see you next time kak.. J
Hari keempat ( 2 Februari 2013 )
Saya terbangun jam 6 pagi. Jam 8
saya harus check out untuk naik bis ke Toraja yang letak pool bis Bintang Prima
dengan wisma jampea sekitar 40 menit perjalanan. Segera saya mandi dan pergi ke
bawah untuk sarapan. Ternyata sarapan nya dianterin ke kamar, baguslah..
datanglah mbak” seumuran saya membawa 4 potong roti coklat bakar dan 2 gelas
teh manis hangat, asli enak cita rasanya. Pas jam 8 saya segera check out,
langsung naik petepete (angkot) dari depan Makassar Mall yang jaraknya 200
meter dari wisma. Naik petepete yang lewat jalan perintis kemerdekan KM 12
letak perwakilan Bus Bintang Prima. Saya duduk di depan biar bisa ngobrol dan
Tanya” seputar Makassar sama supir petepete. Pak supir juga Tanya banyak
tentang Jakarta, bahkan dia sangat mengagumi kinerja pak Jokowi lho.. hehehe
Kebetulan penumpang petepete saat
itu Cuma saya doang, jadi saya diantar sampai masuk ke dalam pool sama pak
supir. Asli baik banget orang” disini, ramah semua, tukang ojek, tukang becak,
supir angkot semuanya membantu para pelancong yang kebingungan disini, mereka
tidak mematok tariff mahal kepada turis untuk tariff sewa mereka, gak seperti
di kota Surabaya waktu saya dipaksa membayar tariff Elf dari stasiun Wonokromo
ke terminal Bungurasih sebesar 20rb padahal perjalanan Cuma 15 menit. Jadi jangan takut nyasar travelling di
Makassar asal mau bertanya dan jaga sikap ramah tamah. J
Ini dia yang saya nantikan, naik
bus Bintang Prima yang sangat nyaman sekali selama 9 jam menuju Tana Toraja.
Segera saya ke loket untuk beli tiket dan membayar harga tiket sebesar
Rp.110.000 dari Makassar untuk tujuan Tana Toraja. Bus nya sudah standby, tertulis
TORAJA di kaca bus Bintang Prima. Bus dengan engine Mercedez Benz OH 1526 with
Air Suspension dibalut karoseri Adi Putro Jetbus sudah terparkir manis didepan
saya.
Segera naik untuk taro tas dan
foto” interior bus. Wah ini bus setelan tidur banget deh, seat nya besar dan
jarak antar kursi sangat lapang. Cukup
ramai penumpang yang jalan pagi hari walau tak seramai penumpang bus malam
hari. Jam 10 wita bus berangkat, 2 bus berangkat bersamaan, yang satu tujuan
Toraja, yang satu lagi tujuan Palopo. Dari sini bus akan masuk ke terminal Daya
untuk ambil penumpang lagi. Pedagang asongan di terminal daya luar biasa
memaksanya, walau sudah di tolak tapi terus berulang kali memaksa agar kita
beli. Saya udah gak kaget dengan situasi ini soalnya udah baca di blog
orang kalo modelnya emang begitu. Ada
seorang remaja yang akhirnya terkena paksaan pedagang tersebut untuk beli
majalah gak penting untuk ukuran seorang remaja. K A S I H A N
Bus melanjutkan perjalanan ke
daerah Maros. Disini terkenal dengan Roti Maros yang sangat enak.bus berhenti
di agen Bintang Prima yang juga menjual berbagai macam roti maros untuk cemilan
di jalan. Saya beli 2 potong roti maros ukuran sedang, 1 snack berukuran besar,
dan minuman teh aroma melati buat
cemilan di jalan. Bapak” sebelah saya borong banyak roti maros, buat oleh” ke
keluarga di Makale katanya. Don’t miss it ya jangan lupa beli Roti Maros. Asli
enak !!
Lanjut lagi perjalanan sampai di
sebuah jalan yang berhadapan langsung dengan laut lepas. Saya kurang tahu di
daerah mana yang pasti hanya beberapa jam dari kota Maros. Bus berhenti di
rumah makan Arum Pala, rumah makan ini berhadapan langsung dengan laut yang
sangat jernih airnya. Saya coba makan disini karena view nya bagus dan menambah
selera makan saya.
Ketika masuk langsung ditawari 2 menu andalan, Nasi ayam
atau nasi ikan ? Cuma itu doang yang ditawarin. Mungkin ada menu lain kali ya.
Saya pesan nasi ayam, ternyata paket nasi ayam ini yaitu nasi ayam goreng +
sup, minumnya aqua gelas bebas mau ambil berapa aja total nya kita bayar
Rp.30.000, mahaal juga sih tapi ya sekalian cuci mata makan ayam goreng sambil
liat karang laut dari rumah makan. Subhanallah
Selesai makan perjalanan
dilanjutkan kembali. Saya sudah berjanji untuk tidak tidur selama 9 jam
perjalanan dari Makassar ke Toraja ini. Walaupun kursi nya sangat nyaman sekali
untuk tidur namun saya tetap gamau untuk melewatkan tiap detik perjalanan ini.
Perjalanan semakin lama semakin jauh dan meninggalkan pantai. Bus memasuki kota
Sidrap dan terus mendaki sampai ke kota Enrekang . di Enrekang ini pemandangan
sangat indah sekali dimana bukit” terjal terhampar di sebelah kanan jalan.
Namun jika supir lengah sedikit saja, jurang 50-100 meter menanti kita semua.
Jalan semakin lama semakin sempit dan berkelok. Bagi anda yang mudah mual sudah
disediakan kantong plastic di kursi depan anda buat jackpot. Dan benar saja,
ada mbak” udah jackpot di barisan belakang sana.. ckck
Hari semakin senja, gerimis turun
membasahi kota Enrekang. Kabut mulai turun menutupi jalan, butuh konsentrasi
extra berkendara dalam situasi ini. Jalan yang sempit dan licin serta berkabut
membuat supir lebih waspada. Pernah ada kejadian beberapa waktu lalu sebuah Bus
jatuh ke Jurang dekat daerah sini. Untunglah bus Bintang Prima menyiapkan 2
supir, jadi supir tidak terlalu lelah untuk kondisi jalan seperti ini.
Jam 6 sore mata saya tak kuasa
menahan kantuk. Saya nyerah dan berpikir untuk tidur toh hari sudah semakin
gelap gak bakal keliatan apa” di jalan. Belum sempat mata saya terpejam tiba”
bus memasuki pintu gerbang kabupaten Tana Toraja. Sebuah gapura bercorak rumah
adat Toraja dengan tanduk kerbau diatas nya menyambut saya sore itu ditambah
Gereja tua besar di sampingnya. Jleb !! mendadak mental saya down, seketika
saya langsung jiper entah kenapa. Jantung saya berdetak cepat, suasana mendadak
makin dingin, bulu kuduk saya pun merinding. Baru kali ini saya travelling ke
kampung orang merasa takut seperti ini. Rasa kantuk hilang seketika berubah
menjadi rasa cemas, cemas karena suasana daerah toraja yang agak lain dari kota
biasanya, cemas mau tinggal dimana saya malam ini karena daerah nya tidak
terlalu ramai. Bus semakin jauh membawa saya kedalam kabupaten Tana Toraja,
hari semakin gelap, saya mencoba tenang dan kembali browsing memastikan tempat
penginapan disini.
Bus memasuki kota Tana Toraja
bagian selatan yaitu di kota Makale. Belum lama ini ibukota Tana Toraja
terpecah menjadi dua, yaitu Tana Toraja selatan dengan kota Makale, dan Tana
Toraja Utara dengan kota Rantepao. Bus berhenti di agen Bintang Prima untuk
menurunkan penumpang di kota Makale ini. Menurut info yang saya dapat
penginapan murah ada di kota Rantepao, jadi saya putuskan turun di Rantepao. Di
Makale ini terdapat bundaran yang cukup besar seperti bundaran HI dengan kolam
ditengah nya. Di tengah kolam tersebut terdapat sebuah patung besar yang
menurut perkiraan saya adalah symbol kota Makale. Malam itu kota Makale
terlihat cantik dengan lampu taman nya. Bus melanjutkan perjalanan ke utara ke
kota Rantepao. Hanya 30 menit dari kota Makale saya tiba di kota Rantepao. Bus
menurunkan semua penumpangnya di perwakilan bus Bintang Prima kota Rantepao.
Turun dari bus sudah pasti saya
kebingungan mau kemana. Waktu menunjukkan pukul 7 wita. Saya menghampiri bapak”
tukang Becak motor. “Pak, penginapan dekat sini yang murah dimana ya “ ? Tanya
saya. “ada di dekat sini mas, mari saya antar”.. jawabnya ramah. Dengan ongkos
5ribu rupiah saya diantar ke penginapan. Yes, benar saja saya diantar ke Wisma
Maria, persis seperti info yang saya dapat dari blog sbelumnya. Cek kamar dulu
baru bayar becak nya. Lagi-lagi saya harus nombok karena harga yang saya terima
tidak sesuai dengan info harga yang saya dapatkan sebelumnya. Saya dapatkan
harga 70rb per malam di wisma Maria dari blog seseorang tertanggal penulisan
bulan November tahun 2012. Dihadapan saya berjejer tariff sewa kamar per malam
dimana harga termurah nya Rp.108.000, dengan fasilitas kamar double bed, kamar
mandi dalam, dan sarapan besok paginya. Huft jauh dari perkiraan semula. Apa
karena sekarang masih dalam suasana liburan jadi tariff nya naik kali ya. Yowes,
mau kemana lagi, saya putuskan nginap disini semalam.
Saya diantar ke kamar paling
belakang di wisma maria ini. Bagi anda yang penakut sebaiknya pilih kamar yang
agak mahal yang terletak di depan karena kamar yang dibelakang ini suasana nya
agak gimanaaaaaa gitu. 2 ekor kucing hitam duduk manis di depan kamar yang akan
saya tempati, JLEB !! Asli merinding saya langsung dibuatnya. Saya segera masuk
kamar, terdapat 2 kasur di kamar ini dan kamar mandi di dalam. Cukup bersih,
tapi terkesan angker karena kondisi kamarnya sudah agak tua. Alhamdulillah saya
masih berani tidur sendirian di kamar ini, untungnya kamar disebelah kanan saya
sudah ada yang menghuni, jadi kalo ada setan saya bisa teriak dan ngibrit ke
kamar sebelah. Istirahat sebentar, cuci
muka dan ganti baju. Di sini cukup dingin saat malam hari mungkin itu alasannya
gak dikasih kipas angin di kamar.
Jam 8 saya keluar cari makan. Tidak sulit
untuk menuju jalan raya karena tidak jauh dari wisma. Berjalan ke kanan sekitar
70 meter, nanti belok kanan lagi teruuus 100 meter kedepan sudah terlihat
keramaian kota Rantepao. Awalnya saya
kesulitan cari makan disini karena beberapa tempat makan menyediakan menu Babi.
Memang kebanyakan penduduk Toraja ini beragama Nasrani. Terus saya berjalan
muter” kota Rantepao, dan alhamdulillah saya nemu masjid, lokasinya dekat
dengan perwakilan bus Litha & Co. di seberang masjid ini ada tempat makan
untuk Muslim, namanya warung Muslim Ozan Baros Uty, tau deh artinya apaan. Saya
coba singgah dan pesan makanan. Alhamdulillah menu nya beragam dan kalo dilihat
dari makanan orang” yang makan disini sepertinya rasanya cukup enak. Saya pesan
nasi goreng pedas dengan saus manis khas Makassar. Alhamdulillah saya bisa
makan dengan tenang tanpa harus takut makanan mengandung Babi. Dari hasil
percakapan si empunya rumah makan saya bingung nih aslinya mereka dari mana,
kadang mereka ngomong bahasa sunda, kadang mereka ngomong bahasa jawa, dan
sesekali mereka ngomong bahasa Toraja. Mungkin penjual makanan ini blasteran
dari 3 propinsi tersebut kali yah.
Sepiring nasi goreng dipatok harga 10rb rupiah, standar lah..
Hari kelima ( 3 Februari 2013 )
Saya terbangun jam 7 pagi,
ngintip di jendela dan ternyata gerimis sedang membasahi kota Rantepao.
Schedule saya hari ini mau wisata ke beberapa tempat di kabupaten Toraja dengan
menyewa motor yang disediakan di wisma maria. Segera saya mandi dan
bersiap-siap untuk sarapan. Di ruang makan tampak seorang bapak” yang kalau
saya terka beliau berasal dari Jawa. “maaf pak, kopi nya ambil dimana yah “ ?
Tanya saya.. “ itu mas, minta saja di dalam sama mbak nya “, jawabnya medok
khas Jawa timur. Saya ke dapur dan mesan sarapan, “tunggu saja di meja mas”,
kata si mbak koki wisma maria. Saya mencoba gabung semeja dengan bapak tadi dan
ngobrol” banyak. Namanya pak Waluyo, beliau pekerja asli Kediri yang sedang
ditugaskan bekerja di Rantepao. Orang nya sangat ramah sekali, beliau bercerita
tentang kota-kota yang pernah beliau singgahi selama bekerja. Di Toraja ini
beliau sudah 2 tahun bekerja, dan menceritakan pengalamannya disini. “Disini
mas, paling rame itu dibulan Desember terutama saat akhir tahun, ada istilah
LOVELY DECEMBER bagi masyarakat Toraja karena di bulan Desember mereka mengadakan
pesta menyambut tahun baru, kota toraja penuh dengan gemerlap kembang api,
mereka pesta semuanya”, Pak Waluyo menjelaskan.
Oooh itu toh maksudnya Lovely
December, saya sempat melihat tulisan LOVELY DECEMBER di bus Metro Permai. Lagi enak”nya ngobrol, pak waluyo pergi ke
dapur dan memesan Mie Goreng. Ternyata beliau pesan 2 piring mie goreng, satu
buat saya katanya. “Monggo mas kita sarapan dulu, saya pesan mie goreng 2 satu
buat sampeyan”. Oalaaaaah baik sekali Pak Waluyo ini. Sebenarnya menu sarapan
yang dihidangkan wisma maria cukup baik, 2 potong roti dengan selai strawberi
dan sepotong telur mata sapi dengan kopi atau teh sebagai minumannya. “Saya gak
biasa mas makan roti, kaya bule ajja “, kata pak Waluyo sambil tertawa ringan.
Jam 9 kami berpamitan, pak waluyo
kembali ke kamar sedangkan saya mau keliling toraja. Nanya sama receptionist
untuk sewa motor. “motor nya masih dipakai orang mas, disini Cuma ada satu
motor untuk disewakan”, kata receptionist.. JIAAAHHH, percuma lo bikin pengumuman
di sepanjang kamar tentang sewa motor tapi motornya Cuma satu. Tapi akhirnya
dijelaskan lagi kalau di seberang wisma juga ada penyewaan motor. Saya melongok
keluar, oh iya tuh ada tulisannya “Motor Rent”. Nanya lagi, “saya mau keliling
toraja sehari penuh ini, kalau sewa guide sehari berapa yah” ? Rp. 250.000
mas.. WOW mahal banget bajet saya Cuma 100rb.
Oke deh thanks ya bang saya
keliling sendirian aja, nyasar-nyasar deh bodo amat. Bermodalkan peta Tana Toraja yang saya minta kepada
receptionist saya nekat untuk keliling toraja sendirian. Pergi ke seberang
wisma untuk sewa motor, per hari nya Rp 60.000. anehnya motor yang disewakan
semuanya matic, gak ada yang manual. Aduh saya paling males make motor matic,
selain boros juga kurang senang karena terlalu ringan untuk dikendarai. Tapi
apa boleh buat, gak ada yang manual. Saya bayar 60rb plus ngasih KTP sebagai
jaminan. Disini gak dikasih STNK, cukup bawa selembar kertas yang diberikan si
empunya motor sebagai bukti motor sewaan kalau di tangkap polisi.
Tujuan pertama saya ke Londa,
sebuah tempat wisata berupa goa yang di dalamnya terdapat makam penduduk
setempat. Kalau dilihat di peta arahnya ke selatan kota Rantepao. Cus saya gas
secepat mungkin ke arah selatan. Seluruh objek wisata di Toraja ini ditandai
dengan papan besar di pinggir jalan sebagai tanda masuk ke objek wisata, jadi
tidak sulit menemukannya. Yes saya ketemu arah ke Londa, papan besar di pinggir
jalan menunjukkan arah ke dalam sejauh 1,7 KM tempat objek wisata tsb. Awalnya
jalan terlihat bagus, tapi lama kelamaan jalan semakin hancur dan mulai masuk
ke dalam hutan. Waduh, kok jalan nya begini ya gumam saya, masa iya mau ke
objek wisata jalan nya hancur begini lewat hutan pula. Saya coba tetap gas ke
dalam, ada bapak” penjual sayur juga sedang
berjalan arah ke dalam.. “Permisi pak, apa benar ini jalan ke obek
wisata Londa “ ? Tanya saya.. “ iya benar, lurus terus aja nanti sampai”, kata
bapak tsb ramah. Oke saya bulatkan tekad untuk terus kedalam karena sudah
separuh jalan. Benar saja, saya tiba di sebuah perkampungan penduduk. Dari
kejauhan penduduk sana sudah menatap saya sebagai turis. Segera masuk ke dalam
dan bayar Rp.10.000 sebagai karcis masuk.
Setelah parkir motor, saya di
hampiri seorang pemuda berambut gondrong dikuncir. Kirain mau dipalak, eh
gataunya dia Guide disini. Namanya Mas Jolang, beliau dengan ramah menawarkan
kepada saya untuk dipandu ke dalam goa, asli ramah banget beda jauh dengan
penampilannya yang terkesan preman. “disini kita menyewakan lampu untuk masuk
ke goa dengan tariff 25rb, sedangkan untuk jasa guide saya silahkan kasih uang
rokok saja”, mas Jolang menjelaskan. Oke boleh juga, saya tidak keberatan.
Toh
beliau juga yang akan motoin saya selama disini. Masuk ke dalam objek wisata
yang terletak di tebing, mas jolang menjelaskan banyak hal tentang makam”
disini. Masuk jauh ke dalam goa, di dalam nya terdapat banyak sekali kepala
tengkorak dan peti mati di susun di sepanjang goa. Tidak terasa hawa seram
disini, semuanya berjalan normal sepanjang anda tidak jahil memegang atau
mencuri tengkorak disini. Setelah puas foto” disini, saya kembali melanjutkan
wisata saya. Saya kasih uang 40rb untuk sewa lampu dan jasa guide mas jolang.
Beliau tampak senang sekali, iyalah dapet duit..
Perjalanan saya lanjutkan ke arah
selatan ke kota Makale. Saya terkesan dengan kolam bulat di kota Makale kemarin
malam.
Sampai di makale saya foto kolam tersebut dan patung besar di
tengahnya. Niat nya mau makan siang
disini, tapi saya gak nemu tempat makan yang sesuai selera disini.
Kembali ke arah
utara, saya mengunjungi Ke’te kesu. Ke’te kesu adalah bangunan khas toraja yang
digunakan untuk menyimpan padi. Dari arah makale sebelah kanan, terdapat papan
besar menunjukkan arah ke dalam sejauh 2,3 KM tempat wisata Ke’te kesu
tersebut. Menelusuri jalan setapak sampailah saya di Ke’te kesu. Berbeda dengan
jalan ke Londa yang hancur dan masuk ke hutan, jalan ke Ke’te kesu cukup bagus
dan bukan masuk ke hutan. Segera parkir
dan bayar lagi 10rb untuk tiket masuk. Sepertinya seluruh objek wisata di Toraja
ini tiket masuknya 10rb deh. Suasana tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa puluh pengunjung.
Saya bingung mau minta tolong
siapa buat motoin saya, Nampak seorang lelaki paruh baya yang bertugas
memberikan tiket retribusi kepada pengunjung, oh ada uang retribusi lagi toh.
Saya hampiri beliau yang sedang duduk di rumah tongkonan, saya ajak ngobrol dan
bertanya-tanya.
Bukannya saya yang banyak nanya, eh malah si bapak yang Tanya
banyak ke saya tentang Jakarta hahaha. Minta tolong sama si bapak untuk motoin
saya disini, tapi ya namanya orang tua gak bisa nyari angle yang bagus buat
fotoin saya, hasilnya miring” gak penting semua. 4x dicoba hasilnya miring
semua. (foto diatas versi bapak penjaga :D)
Akhirnya saya coba foto pake timer otomatis,
kamera saya tegakkan di tangga rumah tersebut diganjel pake jaket yang saya
kenakan. Hasilnya, baguuuuusss.. hehehe (ini versi timer otomatis )
Lagi sibuk ngatur angle yang bagus, si bapak tadi tiba” sudah hilang entah kemana. Waduh, padahal niatnya mau foto bareng. Tapi dengan begitu saya gak ditagih uang retribusi. Segera setelah ambil beberapa gambar saya segera pulang. Waktu menunjukkan pukul 12, jam 1 saya harus check out sesuai aturan wisma maria. Segera saya ke wisma untuk membereskan pakaian. Jam 1 saya check out dan kembali berwisata.
Saya lanjut ke Batutumonga, menurut info yang saya dapat Batutumonga berada 1300 Mdpl. Dari sini kita bisa melihat kota Rantepao dengan jelas. Tanya sama tukang ojek arah ke Batutumonga dari Rantepao. “ ikuti sungai ini mas, nanti 10 KM lurus terus jangan belok-belok, nanti ada simpang 2 arah kiri dan kanan, mas Tanya lagi disana”, tukang ojek menjelaskan dengan ramah.
Saya ikuti petunjuk dari beliau, saya sengaja tidak makan siang karena niat mau makan siang di Batutumonga sambil menikmati pemandangan dari atas sana. Sudah lebih 10 Km saya tidak menemukan simpang yang dimaksud, parahnya lagi jalanan masuk kedalam hutan dan menanjak. Saya mengikuti 2 motor di depan saya yang entah mau kemana.
Akhirnya saya menemukan simpang
yang dimaksud. Sialnya saya, simpang tersebut sangat sepi sekali tidak ada
orang, soalnya di dalam hutan. Saya coba buka peta lagi, tapi percuma saya
tidak tahu posisi sekarang berada dimana. Saya coba ambil ke kiri karena
Batutumonga letak nya arah ke barat dari kota Rantepao. Teruuuuuuuuusss
menyusuri jalan setapak yang tidak berujung dan mendaki entah kemana. Bensin
motor masih ¾, tapi cepat habis karena jalan mendaki yang memaksa motor matic
ini mengeluarkan tenaga ekstra. Sangat tidak masuk akal ada SPBU di tengah
hutan begini, badan saya mendadak lemas, gemetar dan panas dingin menahan lapar
sambil kebingungan di tengah hutan tidak ada orang. Anehnya saya terus ngegas
motor tanpa bisa berpikir kembali untuk pulang. Pikiran saya tetap terus
berjalan ke atas dan nanti nanya sama penduduk sekitar. Sudah 90 menit saya
memacu motor saya ke atas, saya tiba di sebuah kawasan dengan batu-batu besar
berserakan di bukit dan sawah.
Kota Rantepao terlihat kecil di
bawah, sepertinya saya sudah sampai di Batutumonga. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh seorang
nenek-nenek sesepuh penduduk sana, “kamu mau kemana” ? Tanya nenek tersebut.
Beliau mengerti benar dengan raut wajah saya yang sedang kebigngungan. “saya
mau ke Batutumonga, ke tempat objek wisata yang ada batu besar peninggalan
jaman megalithikum, apa benar ini jalan nya ya bu “ ? Tanya saya. “ini sudah di
Batutumonga, kau lihat batu- batu besar disana ? itu yang disebut Batutumonga”,
nenek tadi menjelaskan.
Ooh saya sudah sampe toh rupanya. Tapi batu besar yang
saya lihat di google itu batu bulat lonjong besar menjulang ke atas berjejeran,
bukan batu-batu besar seperti ini. Jalan
setapak yang saya lalui belum berujung, bensin tinggal setengah. Kalau saya
paksakan ke atas dan tiba” bensin habis matilah saya. Akhirnya saya putuskan
untuk foto” di beberapa tempat yang bagus untuk foto”, saya tidak melanjutkan
perjalanan ke atas karena gak mau ambil resiko kehabisan bensin. Iya kalo ada
yang jual eceran, kalo enggak ?
Waktu menunjukkan pukul 3 wita,
saya memutuskan kembali ke kota Rantepao setelah puas foto”. Logika nya saya
tinggal mengikuti jalan tadi saya menuju kesini dong ? tapi aneh luar biasa
saya tersesat ke kampung orang di Sa’dan.
Padahal saya baru setengah jam jalan
menurun dari Batutumonga, saya malah sampai ke kampung Sa’dan. Saya lihat di
peta jarak Batutumonga dengan Sa’dan itu jauh, tapi kok saya udah nyasar
disini. Padahal dari tadi saya ngikutin jalan arah yang sama. Badan saya tambah
lemes, tambah gemetaran karena belum makan dari pagi, bingung mau jalan kemana
karena di depan saya ada simpang ke kiri dan ke kanan yang sangat yakin kalau
saya tidak lewat sini tadi.
Astagfirullah saya nyasar entah kemana. Tidak ada
warung makan di hutan begini, bensin semakin menipis. Saya coba jalan perlahan,
Alhamdulillah saya menemukan kios bensin eceran. Isi 1 liter karena kalau isi 2
liter pasti luber karena tangki nya kecil. Saya Tanya ke penjual bensin, “mbak,
saya tersesat dari Batutumonga mau pulang ke Rantepao, apa benar ini jalan ke
Rantepao “ ? Tanya saya.. “iya betul, lurus saja 9 kilometer lagi sudah kota
Rantepao”, kata si mbak.. HAH ? 9 kilometer lagi Rantepao ? apa ga salah ? saya
aja 90 menit naik ke atas, masa ini pulangnya baru 40 menit sudah nyampe
Rantepao ?
Akhirnya saya menelusuri jalan
setapak hutan ini dengan rasa senang tambah gak percaya. Apa iya sebentar lagi
Rantepao ? saya gas kencang karena udah laper berat. Dan ALHAMDULILLAH ya ALLAH
ternyata benar saya sampai di Rantepao. Saya terbukti nyasar karena arah
kembali nya beda dari jalan saya pergi semula, tapi Allah memudahkan saya
kembali pulang lebih cepat. Segera saya singgah ke rumah makan Ozan Baros Uty
semalam. Saya pesan mie goreng kali ini karena porsinya agak banyak dan mie nya
tebal. Alhamdulillah akhirnya saya makan juga.
Waktu menunjukkan pukul 4 wita.
Selesai sudah petualangan saya di Toraja, tempat” yang saya mau kunjungi sudah
saya datangi semua. Saya akan kembali ke Makassar pukul 9 malam nanti. Selesai
makan, saya kembali ke tempat rental motor untuk balikin motor, eh kebetulan
disana ada warnet lumayan lah saya ngenet 3 jam sambil nunggu bis berangkat
malam nanti. Jam 7 lewat saya selesai ngenet dan kembali ke rumah makan Ozan
Baros Uty. Kali ini saya pesan menu andalan nya yaitu Mie Ayam. Mie ayam disini
sangat enak sekali, mie nya tebal dan kenyal, rasanya pun gurih, saking enaknya
sampai nambah 1 mangkok lagi.. ASLI ENAK !!
Jam 8 lewat saya ke perwakilan
Bintang Prima untuk kembali ke Makassar. Sebenernya kurang seru juga sih pp
naik bus Bintang Prima karena bus lainnya juga bagus-bagus semacam Metro
Permai, Litha & Co, New Liman, Menggala Trans dsb. Saya kepincut dengan bus
Metro Permai bermesin Mercy OH 1830 yang konfigurasi seat nya hanya 24 seat, 6
baris kebelakang. Seat nya luar biasa besar, gak ada bus dengan seat sebesar
itu di bus” Jawa maupun Sumatra, harganya pun paling mahal dibanding bus Scania
sekalipun, yaitu Rp.150.000. Tapi saya lebih pilih Bintang Prima karena memakai
mesin Scania, seumur” saya belum pernah naik Scania kalo Mercy 1830 udah pernah
naik di Jawa, harga tiket Bintang Prima Scania Rp.130.000, sedangkan yang Air
Suspension Rp.110.000. walaupun sama” memakai air suspension, Scania jauh lebih
nyaman dibanding air suspension bawaan karoseri. Disini saya ketemu lagi dengan
Pak waluyo, dia mau ke Makassar untuk flight ke Surabaya besok siang. Lumayan ada
teman ngobrol” lagi hehehe.
Jam 9 bus berangkat, Saya naik
Bus Scania tipe K 310, diluar harapan yang tadinya mau nyoba Scania K 360i,
tapi tak apalah rasanya paling gak jauh beda. Next time saya pasti balik lagi
kesini untuk nyoba bus” Celebes lainnya. Terhitung lebih dari 15 bus malam itu
berangkat dari Toraja menuju Makassar, Bintang Prima jalan 5 bis, Bintang Timur
terlihat 1 bis, Menggala Trans 4 bis, Litha & Co 2 bis, Metro Permai 3 bis,
Alam Indah 1 bis, Batu Tumonga 1 bis, Kharisma Transport 1 bis, New Liman
Golden Dragon 1 bis, dan lainnya.
Meriah nya bus-bus Celebes dengan interior
yang terang benderang menghiasi kota Rantepao malam itu. Luar biasa bis-bis Celebes
sangat memanjakan penumpangnya dengan bus terbaru memakai suspensi udara dengan
seat yang sangat lapang, cocok buat bus malam untuk tidur pules sampe pagi. Badan
saya sudah letih akibat nyasar di gunung tadi siang, malam ini saya mau tidur
pules. Tapi niat hati mau tidur pules eh bus nya malah blong”an sama bus lain,
alhasil saya dapat 4 video Bus Bintang Prima Scania ngeblong bus Bintang Timur,
Kharisma Transport, Bintang Prima, dan menggala trans. Satu”ya lawan imbang
Scania saya hanyalah bus Litha & Co bermesin Mercy 1830. Hari semakin
larut, dan saya semakin ngantuk. Goodbye Tana Toraja, insya Allah saya pasti
kesini lagi suatu saat nanti.
Hari keenam ( 4 Februari 2013 )
Jam 5 pagi bus memasuki Bandara
Sultan Hasanuddin, Makassar. Memang sudah tradisi bus” disini selalu mengantar
penumpangnya yang akan flight pagi ke Bandara. Seluruh PO bus apa saja semuanya
Nampak masuk ke bandara mengantar penumpangnya. Saya baru akan kembali ke
Jakarta besok pagi, jadi saya menginap semalam lagi di Makassar. Bus sampai di
pool terakhir di jalan Perintis kemerdekaan, dekat dengan Universitas
Muhammadyah Islam, Makassar. Saya bingung mau nginap dimana, soalnya saya gak
cukup bajet lagi untuk nginap di wisma Jampea seperti kemarin. Tukang ojek
datang mengampiri saya, mau kemana bang ? “tau penginapan murah deket-deket sini
gak bang “ ? Tanya saya. “oh iya ada deket sini, saya pernah nganter orang
kesana, semalam nya 30 ribu”, kata tukang ojek. HAH ? Penginapan macam apa
semalem 30 ribu ? yaudah anter saya kesana bang. Dibawalah saya ke wisma Pondok
Indah, lokasinya agak kedalam di sebrang Universitas 45 Makassar. Segera masuk
ke dalem wisma, dan Tanya harga. “emang benar ada kamar seharga 30 ribu semalam
disini” ? Tanya saya.. “gak ada mas, paling murah nya 70rb fasilitas single bed
kipas angin dan toilet di luar “, kata receptionist nya.. AAAH benga juga nih
tukang ojek. Makanya saya kaget dia bilang ada kamar semalam 30 ribu disini. Yowes
pesen satu kamar, kasih tukang ojek 10 ribu.
Duit tinggal 100 ribu, belom
untuk airport tax besok 40 ribu, ongkos damri ke rumah 25 ribu. Ah matilah saya
disini. Dan ATM saya gak ada saldonya udah abis dipake travelling terus. Daripada
saya kelaperan sampe besok sengaja saya tidur dari jam 7 pagi sampe jam 5 sore.
Alhamdulillah saya sukses tidur selama itu walaupun sempet transit di jam 11
karena kamar sebelah berisik. Teman saya Salman dari BMC Jakarta Raya ternyata
sedang tugas di Makassar. Dia juga abis main ke Toraja dan akan tiba di
Makassar malam ini jam 7. Saya mau jemput salman di Makassar Town square,
sekalian kuliner sop saudara. Jam 7 bus Metro Permai yang dinaiki Salman tiba
di depan M tos. Abis jemput salman kita kembali ke wisma untuk bersih-bersih. Ternyata
salman punya temen SMA yang tinggal di Makassar. Jam 9 malam kita check out dan
cari makan, abis itu langsung ke rumah Akrom, teman salman. Ternyata saya dan
Salman satu pesawat besok pagi, makanya kita bareng nginep di rumah Akrom. Akrom
dan adiknya menawarkan untuk mengantar kami ke bandara besok pagi, soalnya kami
flight jam 4:30 pagi dan petepete masih jarang. Sambil nunggu jam 4, saya dan
akrom beserta adiknya main PS 3, sementara si kebo Salman udah ngorok persis
seperti suara Hino RG.
Hari ketujuh ( 5 Februari 2013 )
Kami berangkat ke bandara jam
3.30 wita karena jarak rumah Akrom dengan bandara sangat dekat. Sampai di
Bandara ternyata jam 4 pas. Nama saya dan Salman sudah terdengar di panggil di
seantero Bandara. Kebingugan Lari –lari di bandara cari tempat check in, abis
check in lari lagi ke gate 6 karena udah mau tutup. Cakep banget pagi” buta
begini kita lari” bawa ransel berat. Alhamdulillah, masih terkejar, Ngos”an bro..
tepat jam 4:30 wita pesawat berangkat. Goodbye Sulawesi Selatan, asli ini
travelling paling mengesankan yang pernah saya lakukan. Suatu saat nanti insya
Allah saya pasti kembali ke sini lagi..
Mendarat jam 5:30 wib di
Cengkareng, Soekarno Hatta. Saya dan salman sama” mules ga karuan, kayanya efek
nasi goreng semalem nih. Abis setoran, kita istirahat sambil sholat subuh trus skalian
sarapan Rotiboy. Nunggu Damri yang ke Rawamangun sejam di terminal 3. Oh iya
kami punya sedulur yang kerja di Soetta, namanya Bagus yana. Salman langsung
bbm dia, “ Beye, gw sama fadri di terminal 3 nih, ketemuan yuk.. jangan lupa
bawa Rotiboy yak “.. wakakaka makan gratis lagi kita. Eh beneran si Beye dateng
sambil nenteng Rotiboy hahaha thanks berat bang. Gak lama damri tujuan rawamangun
datang. Capcus cyiinnn !!
Dalam Travelling kali ini saya
berterima kasih kepada :
1. Maskapai
Citilink yang ngasih tiket promo Surabaya-Makassar walaupun harus delay 4 jam
2. Kak
Dhidie yang nraktir saya makan dan jalan” bareng di Makassar
3. Supir
petepete yang nganterin saya sampe kedalam pool bintang prima yang sangat ramah
4. Crew
bus Bintang Prima yang sangat baik dalam melayani penumpang
5. Pak
Waluyo yang udah nraktir saya sarapan mie goreng di wisma maria
6. Mas
Jolang guide di Londa, yang juga ngasih info arah ke Ke’te kesu dengan akurat
7. Salman
yang nraktir makan malam di Makassar + Rotiboy
8. Akrom,
teman salman karena nginep semalam sampai diantar ke Bandara
9. Air
Asia Indonesia atas tiket promo nya Makassar – Cengkareng
. Mas
Bagus Yana yang beliin kita sarapan Rotiboy di bandara.. :D
Sekian trip report travelling
saya di Makassar dan Tana Toraja, setiap perjalanan yang saya lakukan selalu
mendapat pengalaman berarti dalam hidup saya. Mohon maaf kalau ada salah
penulisan kata dalam trip report kali ini, akhir kata Cintailah Budaya Indonesia
dan tetap terus Explore Indonesia !!! J